The Godfather: Tutorial Cara Jadi Mafia

9:38:00 am

Oke. Mungkin elo bukanlah anggota mafia. Dan gue juga berharap elo ngga bercita-cita menjadi mafia, walaupun nama organisasi itu terdengar kece.

Gue bukan mafia, tawuran antar RT pun nggak pernah ikut.

Tapi film trilogi The Godfather bisa membuat kita paham seperti apa lika-liku dunia mafia. 

Entah apakah kisah film ini berdasarkan kenyataan atau hanya didramatisir semata, menurut gue The Godfather mengajarkan kita beberapa hal. Eh tumben banget postingan gue serius. Biasanya kan bercanda, walaupun bercandanya yang serius sih.

Jadi gini, Bro. Menurut gue dunia mafia itu ngga seseru yang kita bayangkan selama ini. Pistol di tangan, pakaian parlente dengan sepatu pantofel, rambut mengkilap karena pomade, dan cerutu yang menyembulkan asap-asap... kenyataannya hidup sebagai mafia lebih banyak tragedinya daripada lawaknya! Padahal hidup kita yang singkat ini kan harusnya diisi dengan lakon-lakon kocak yang layak dikenang, ya.

Pertama, The Godfather memberitahu kita bahwa hutang darah harus dibayar dengan darah; hutang nyawa dibayar dengan nyawa. Nyawa manusia. Darah manusia. Darah yang dicari-cari oleh PMI. Darah yang memberi kehidupan.

Kedua, The Godfather memberitahu kita bahwa ada harga mahal yang harus dibayar ketika kita egois, jaga gengsi, dan ngga mau ngalah. Demikian juga, ada ganjaran pahit yang harus kita terima ketika amarah dan dendam menguasai hati kita. Eh kok kayak hikmah-hikmah di sinetron Ramadhan, ya? Yah, sejenis lah.

Ketiga, The Godfather mengingatkan kita bahwa kejayaan kita di dunia akan hilang juga saat kita sudah uzur, ubanan, dan lapuk dimakan usia. Apa yang kita bangga-banggakan tidak akan pernah kita bawa ke liang kubur. Prestasi, jabatan, pencapaian... semuanya tertinggal di luar peti mati. Lah, kok jadi serem. 

Gitu deh, guys. The Godfather itu emang film lawas yang durasinya panjang bingits, melebihi lamanya pertandingan Persib versus Arema, udah gitu ada 3 seri lagi alias trilogi. Tapi menurut gue sih, ini salah satu film yang akan membuka mata batin kita. Duh, lagi-lagi bahasa gw puitis bagaikan Chairil Anwar lagi bikin prosa. Tapi beneran deh, setelah nonton The Godfather berkali-kali, gue yakin kita akan menjadi lebih bijak menjalani hidup ini.

Selain soal pesan, The Godfather juga menyuguhkan music scoring yang cakep bangets, secakep gue. Lagu soundtrack-nya itu loh, legendaris abis. Klasik gimanaa, gitu. Dan selama menyaksikan film ini, kita bakal dibawa jalan-jalan ke Sicilia, Italia. Terus gaya arsitektur bangunannya bener-bener bikin kita balik ke jaman 1945. Ya walopun sebenernya tahun segitu gw belum lahir juga. 

Jadi, kalo elo belom sempet nonton The Godfather, sempetin deh. Ya, jangan sampe ganggu rutinitas lo yang penting-penting juga. Misalnya kalo elo lagi pup tuh, daripada di toilet elo bengong mikirin yang engga-engga, ya mendingan diselingi dengan nonton The Godfather. Efektif kan, jadinya?


You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest