Perundungan (Bullying) di Jepang

12:48:00 pm



Baru-baru ini di Sendai, Jepang, seorang pelajar kelas 8 di SMP setempat meninggalkan sekolahnya saat jam istirahat. Kemudian dia ditemukan meninggal; lompat bunuh diri dari atap apartemennya.

Sejak Desember tahun lalu, siswa ini diduga mengalami perundungan (bullying) dari 6 anak di 5 situasi berbeda. Peristiwa tersebut disaksikan juga oleh siswa-siswi lainnya.

Ini adalah cuplikan wawancara yang dilakukan Hiroko, reporter YouTube Channel Asian Boss, terhadap sejumlah masyarakat Jepang. Mereka akan memberikan komentar soal kejadian perundungan yang berujung maut ini, serta menjawab beberapa pertanyaan soal pengalaman perundungan yang pernah mereka alami sendiri (jika ada). Cukup banyak yang memberikan pendapat, namun karena nama mereka tidak tercantum maka saya akan memberikan mereka nama menurut kehendak saya sendiri. Semoga mereka menyukai nama pemberian saya.

Video aslinya (berbahasa Jepang dan ber-subtitle Inggris) bisa ditonton di sini

Saya akan mencoba menerjemahkan dengan bahasa Indonesia yang lazim digunakan dalam percakapan.

Tanya (T)

T: Kalian pernah denger berita soal murid di Sendai yang bunuh diri gara-gara di-bully dan dianiaya?
Old Matsuda: Ya, saya menemukan beritanya di TV dan juga di koran.  

T: Gimana perasaan lo terkait peristiwa itu?
Handsome Tanaka: Perundungan itu tindakan yang ngaco. Kalau misalkan gw ada di lokasi kejadian gw bakal menolong orang itu. 

T:  Pernah nggak, lo atau temen lo ngalamin perundungan?
Long hair Ayumi: Gw pernah.

Masking girl Yurika: Ada seorang cewe di kelas gw yang sengaja menjauh dari gw. Dia (dan konco-konconya) juga ngejelek-jelekkin gw melalui tulisan dan mereka nyebarin itu ke anak-anak sekelas. Gw sempet liat tuh isi tulisannya, waktu kertasnya jatuh ke lantai. 
Belakangan ini perundungan juga dilakuin lewat Messenger (aplikasi pesan instan). Metodenya kira-kira gini: ada temen sekelas yang ajak lo gabung di sebuah grup, dan pas udah gabung lo bakal diledekin abis-abisan. Terus kalau lo keluar dari grup itu, lo bakal terus-terusan diajak untuk gabung lagi.

Red Hat Haruna:  Dulu gw pernah di-bully, waktu gw kelas 5 atau 6 SD. Mereka (yang merundung gw) dengan sengaja ngehindar dari gw. Waktu gw menyapa, mereka ngeliat ke arah lain, dan langsung ngobrol sama orang lain. Mereka pura-pura ngga denger. Mereka juga pernah nulis kata-kata, "Lo harusnya mati aja." Gw merasa tertekan; gw tahu bahwa gw ngga punya satupun temen. Bahkan di rumah sekalipun, gw tuh ngga bisa ceritain hal ini ke bokap sama nyokap.

Baseball Hat Eisuke: Dulu, tempat tinggal gw itu berjarak 30 km dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Nah, gara-gara ada bencana Fukushima, kita semua mesti direlokasi, dan sejak itu temen-temen gw mendapat perundungan karena faktor tempat asal mereka. Mereka kan tinggal di deket pembangkit listrik tenaga nuklir, jadinya orang-orang pada bilang kalau mereka itu 'kotor' dan 'membawa penyakit menular'. Kayak gitu, deh. Padahal kan lo ngga bisa mengatur asal-usul lo, dan latar belakang lo ngga ada hubungannya dengan kepribadian lo. Menurut gw, konyol aja kalau perundungan terjadi cuma gara-gara hal kayak gituan.

Baseball Hat Eisuke: Oh iya, saudara perempuan gw juga sempet di-bully. Dari yang gw pernah denger, dia disiram seember air oleh seseorang, dan dia jadi marah. Gw inget, saudara perempuan gw ini bilang dia ngga mau pergi ke sekolah lagi, dan dia nangis di rumah.

T: Gimana cara lo mengatasi perundungan tersebut? 
Masking girl Yurika: Dalam kasus gw, guru banyak berperan sih. Pertama, gw kasitau orangtua gw, terus mereka ngebahas masalah ini sama guru gw. Guru itu manggil pem-bully gw satu persatu dan bicara sama mereka. Dia juga ngasitau ke murid-murid sekelas, bahwa kalau ada di antara mereka yang jadi korban perundungan, mereka mesti peduli. Dari situlah perundungan gw terhenti. Guru yang baik akan bertindak untuk menyelesaikan perundungan, tetapi kebanyakan guru sepertinya ngga mau terlibat.

Baseball Hat Eisuke: Di sekolah gw selalu ada survei anonim untuk mencari tahu siapa-siapa aja yang mendapat perundungan. Setelah hasil survei keluar, guru akan mewawancarai si pem-bully dan korban bully.

Square Shirt Kentaro: Yoi, sekolah kami melakukan pendekatan yang kreatif. Kalau sebagai murid, lo nggak pernah di-bully, pastinya lo ngga akan ngisi apa-apa di kertas survei itu, kan? Dan sebaliknya, kalau lo menulis banyak banget, pasti murid-murid lain jadi nyadari, ya kan? Nah, oleh karena itu, sekolah kami mencetak potongan novel yang kemudian diselipkan dalam survei itu. Tugas para murid adalah, menyalin isi novel tersebut.
Dengan begitu, setiap murid akan terlihat menulis sesuatu.

T: Menurutmu, kenapa sih orang Jepang segan meminta pertolongan?
Chubby Mayura: Mereka ngga ingin ada orang lain yang tahu bahwa mereka di-bully. Mereka malu dengan situasi tersebut.

Old Matsuda: Menurut saya, mereka ngga mau ngerepotin orang laen. Selain itu, sepertinya orang Jepang kurang mahir berkomunikasi; tidak bisa mengungkapkan perasaan secara terbuka.

Red Hat Haruna: Kayaknya sih ini emang masalahnya orang Jepang, ya. Mereka cenderung ngga menampilkan perasaan mereka. Mereka menyembunyikan segala sesuatunya sendiri. 

T: Nasihat apa yang bakal kamu berikan ke orang-orang yang jadi korban perundungan? 

Baseball Hat Eisuke: Saya pikir, penting sekali untuk membicarakan (situasi yang kamu alami) dengan orang lain, entah itu orangtua atau teman. 

Curly Shizuka: Saya harap, mereka bisa menyampaikan kondisi mereka kepada orang lain. Sebagian besar korban perundungan yang bunuh diri kan, anak-anak muda. Mereka masih muda, dan bersekolah bukan segalanya. Jika seseorang meninggalkan suatu lingkungan, masih ada dunia lain di luar sana. Sedih rasanya, karena para korban harus mengakhiri hidupnya dengan cara begitu (i.e. bunuh diri). 

Blue Shirt Akito: Menurut saya, ini dimulai dari membangun kepercayaan diri dengan cara mengembankan talentamu. 

Red Hat Haruna: Bergabunglah dalam komunitas dimana kamu merasa dihargai. Jangan hanya fokus mencari teman di sekolah saja, tetapi miliki juga kehidupan di luar sekolah. 

Old Matsuda: Sebenernya... saya kehilangan saudara perempuan saya. Dia bunuh diri. Saya mendapatkan sejumlah cerita mengenai apa yang sebenarnya dia hadapi. Pastinya ini tidak mudah baginya, dan dia begitu terpojok sampai-sampai melakukan bunuh diri. Aku tidak berpikiran bahwa dia salah. Seharusnya orang-orang di sekitarnya yang membantu dan menopangnya. Kalau emang keadaannya makin buruk, pindah sekolah bisa menjadi pilihan. Kalau di dunia kerja, mengundurkan diri bisa jadi pilihan. 

Old Matsuda: Orang Jepang umumnya berusaha menyelesaikan masalah mereka sendiri karena masyarakat menuntut mereka untuk tegar dan menghadapi apapun. Tapi kalau misalkan kamu bener-bener  menderita, ijinkan dirimu untuk pergi. 


Nah.. begitu isi videonya. Nanti, di postingan berikutnya (yang entah kapan yaa, hihi) gw akan membagikan sudut pandang gw sendiri sebagai korban perundungan. Ini bukan sesuatu yang membanggakan. Udah jelas bahwa jadi pem-bully masih lebih keren daripada di-bully! Tapi, ini adalah cerita gw, bagian dari masa lalu gw.

Udah ah, sampai jumpa di lain kesempatan! 


A post shared by No baper baper di antara kita (@kekomukan) on

You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest