MISTERI NGANTUK
2:21:00 pmNgantuk itu sebuah misteri. Berbeda dengan lapar--yang rumusnya cukup sederhana--ngantuk lebih sulit dipecahkan. Aku ragu Sherlock Holmes punya deduksi yang masuk akal untuk menganalisa rasa kantuk.
Aku pernah tidur 8 jam sehari dan setelah bangun aku tetap mengantuk. Aku menguap sesering tukang JNE datang ke rumah tetanggaku selama pandemi sambil meneriakkan alunan merdu, "Pakeeet...." Ketika siang menjelang, aku harus menenggak kopi hitam dengan 0 gram gula dan 3 gram ampas, demi menciptakan suasana kondusif bagi tubuhku yang mulai minta 'ditiduri'.
Sementara itu, aku juga pernah tidur 2 jam saja. Dan aku terbangun dalam keadaan cukup baik--sempat menguap beberapa kali namun mataku relatif segar untuk menjalani hari. Bahkan aku menghasilkan lebih banyak karya produktif di hari itu.
Ada apa sebenarnya? Sungguh, setelah kita menjadi mahir jadi tukang tidur pun, kita tetap tidak bisa menemukan rumus baku untuk menyelesaikan kantuk! Bandingkan dengan lapar.
LAPAR + INDOMIE TELOR = KENYANG
LAPAR + NASI PADANG = KENYANG
Sementara ngantuk?
NGANTUK + TIDUR SIANG 15 MENIT = SEGAR
NGANTUK + TIDUR SIANG 3 JAM = PUSING
Problem berikutnya adalah ngantuk sulit diketahui dosis obatnya. Kalau kita lapar, kita masih bisa mengira-ngira: "Uhm, lapar yang jenis begini bisa aku atasi cukup dengan sandwich tuna." Atau ketika sedang memilih menu di Solaria, kita masih bisa menebak hidangan mana yang cukup untuk memuaskan kita: "Capcay goreng babi sama nasi 2 mangkok bisa lah muat." Dan biasanya prediksi itu lebih sering tepat daripada meleset.
Kalo ngantuk? Jarang kita bisa perkirakan berapa durasi tidur yang tepat atau mendekati tepat. "Hmm, ngantuk jenis ini menurutku dapat diberantas dengan 30 menit tidur." Aku pikir kita hampir-hampir tidak membuat prediksi semacam itu, karena untuk bisa tidur pun kita butuh proses, ya kan? Dari proses berbaring sampai terlelap mungkin butuh 15-20 menit dulu, tergantung situasi. Rumit kan?
---
0 komentar