Jangan Menghakimi

6:41:00 pm

Aku tidak dapat memungkiri bahwa rumput tetangga jauh lebih hijau.
Bukan hanya hijau, dear.
Rumput mereka pun begitu rimbun, lebih segar, dan ramai dihinggapi kumbang serta kupu-kupu.

Di sinilah aku berdiri.
Seorang anak yang sungguh amat biasa saja.

See?
Aku tidak sekaya dia.
Keluargaku tidak seharmonis keluarga dia.
Hidupku tidak sebebas hidupnya.

Hmm. Begitukah?

Tapi satu yang selalu kuingat untuk mengobati sakit hati yang mungkin timbul saat memandang kesuburan rumput tetangga adalah: "Jangan Menghakimi".

~Jangan menghakimi, termasuk jangan membanding-bandingkan.
Dengan melihat dirinya SAAT INI bukan berarti aku bisa tahu apa yang pernah menimpanya DULU.

~Jangan menghakimi, termasuk jangan menilai dari luar.
Semua yang kasat mata adalah semu dan sia-sia; hanya Tuhan yang mampu menyelami hati seorang manusia. Mana tahu senyumnya adalah pigura untuk membentengi problem-problemnya?

~Jangan menghakimi, termasuk jangan membenci ia yang membuatku cemburu dan iri.
Aku tak tahu proses apa yang Tuhan sudah, sedang, dan akan kerjakan dalam hidupnya.

~Jangan menghakimi, termasuk jangan melakukan pengontrolan pikiran untuk melawannya.
Maksudku, aku tidak ingin memakai metode hipnotis ala New Age atau apalah itu, yang menyuruh kita melakukan ini: berpikir bahwa kita lebih baik dari orang yang kita cemburui, lalu kita perkatakan terus menerus. Mereka meng-klaim, dengan begitu kita akan merasa jauh lebih baik, merasa sebagai pemenang, dan lebih bahagia.
Bullshit.
Aku tidak mau tertipu.
Tuhan berkata bahwa di dalam Dia-lah semua manusia menjadi utuh dan penuh. Bukan hanya terasa utuh dan penuh.
Akupun tidak berniat menyangkal (deny, denial) diriku yang apa adanya. Allah tahu semuanya kok, bahkan saat aku menutup-nutupinya.
Aku lupa alamatnya, tapi ayat yang mau kupakai sebagai senjata buat Iblis adalah: "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada Tuhan, sebab Ia yang memelihara kamu."
Yeah, aku khawatir apakah masa depanku akan secerah masa depan orang lain.
Itu tak perlu ditutupi. Aku mau serahkan saja di bawah kaki-Nya.
"Nih, Tuhan. Tuhan yang kendalikan. I am Yours."

~Jangan menghakimi, termasuk jangan mengingini apapun yang dimiliki sesamamu.
Aku mau hidup dengan anugerah Tuhan, bukan dengan usaha belaka-ku yang tidak mengandalkan Dia. Mungkin aku bisa mengejar apa yang orang lain capai, agar aku bisa setara/sederajat dengannya. Tapi, buat apa? Untuk apa?
Tuhan punya rencana-Nya yang ajaib dalam diri setiap manusia; every single person!
Jangan samakan itu, please!

So..
berusahalah untuk mengejar panggilan Tuhan dalam hidupmu, Yen!
Tak perlu menengok ke kanan, kiri, depan, belakang.
Pandanglah ke atas.
You'll understand where you should go.

Please, strengthen me, O Lord!

You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest