Ayam Goreng

10:59:00 pm

Hi, it's me again!

Sudah cukup banyak kejadian yang menimpaku sejak 2 minggu kemarin, tapi belum ada cukup mood untuk menuangkannya di depan laptop. Laptop? Ya, ini bukan laptopku by the way; melainkan laptop seorang teman yang dengan begitu murah hatinya meminjamkannya padaku. Astaga, bahkan Allah tahu apa yang kubutuhkan sebelum aku memintanya. 

Lalu di kamar-lah aku menghabiskan kebanyakan waktuku sekarang, bersama sistem operasi Ubuntu (yang kepadanya aku baru saja jatuh cinta. Ahaii!), dan juga modem Smartfren yang masih gres. Inilah kehidupan ala anak Sistem Komputer! Haha.

Ngomong-ngomong, aku jadi ingat akan sebuah doa yang kunaikkan (walaupun tidak dalam keadaan serius aku mendoakannya) dan Tuhan mengabulkannya. Wow. Awesome, dude!

Jadi begini awal kisahnya.
Pada suatu hari aku dan beberapa teman seperjuangan di SKEL sedang berkumpul di kosan seorang kawan. Kami berkumpul bukan untuk arisan atau diskusi kelompok, melainkan bercengkerama ria mengenai stabilitas politik di perairan luar kepulauan Indonesia. Heh? Ya enggak lah.

Kami saat itu mendadak kompak saling bahu-membahu karena sedang dalam sebuah misi, yakni menyelesaikan tugas mata kuliah Cloud dan Grid Computing. Ehem, tugas mulia yang kami emban tersebut adalah perintah dari Bapak Ali Ahmadi. Yeah, kami yang masih ndeso memang agak sulit untuk mencerna tugas apa yang diutuskan beliau pada kami. Intinya kami disuruh menggunakan Virtual Machine Ware atau Virtual Box untuk menginstall sebuah sistem operasi Windows, dan kemudian di dalam sistem operasi tersebut kami harus  menginstall IIS. Bukan Mbak Iis Dahlia, ya! IIS itu singkatan dari Internet Information Service.

Jadi karena kami masih imut dan polos (hoekk..), kamipun meminta bantuan sang Suhu dan Master yang terkenal sangat baik hati dan tidak pelit ilmu, yakni Chandra. Kami bersarang di kediamannya sejak pagi-pagi buta (jam 08.00). Dengan semena-mena kami mengetuk pintu kamar beliau, dan mau tak mau beliau mengijinkan kami masuk walaupun ia sendiri masih dalam keadaan setengah sadar dan tampak sulit lepas dari peraduannya. Ah, maap ya bro?

Muncullah Bachman, seorang anak berasal dari Cimahi (yang menurut dia sih itu adalah kota, padahal plat kendaraannya aja masih nebeng plat Bandung!). Sudah lama sih aku tidak bersua dengan dia. Biasanya kami bertemu lalu meributkan Kopo dan Cimahi. Pokoknya perang caci maki dan narsis-narsisan mengenai tempat tinggal kami tidak akan terelakkan kalau kami disatukan.

Bachman yang baru saja memperoleh gaji dari sebuah perusahaan ternama di Jakarta, dengan baik hatinya menawarkan untuk mentraktir kami makan-makan. Astaga, siapa yang bisa nolak coba? Apalagi aku sedang mengerjakan proyek "berhemat". Haha,

"Woi, mau ayam penyet ga? Gw yang bayarin lah," teriaknya dengan suara cempreng.
"Mau!!" sorakku dengan sukacita tak terperi.
"Mau berapa ekor?"
"Satu aja. Sama kandangnya ya."
"Beuh.."

Dan aku menerimanya tak lama kemudian.
Yaelah, itu kosan tapi serasa cafe deh. Ada pelayannya (Bachman), tukang nganterinnya (Bachman juga), dan tukang bayarinnya (Bachman lage). Wakakaka!

Itu ayam crispy yang di-penyet.

Hmm, enak banget. Soal lokasi, menu klasik namun tak kuno tersebut dapat Anda temui di Warung Bu Jowo (CMIIW) yang terletak di tepi lapangan seberang kosan Chandra. Walah, napa malah marketing-an ya gw?

Enak, dan gratis. 
Haha.

Saat itu aku tak langsung melahapnya di TKP. Aku baru sempat menikmatinya pada siang hari, sebelum murid les-ku datang. Tapi saat dia datang, makanan itu belum habis, jadi dia sempat melihatnya. Lalu dengan ngilernya dia memohon, "Ci, tolong beliin ya, bawain pas les minggu depan. Persis yang kayak gini, yang kayak cici sedang makan." Oke.

Seminggu kemudian aku datang membawakan ayam enak tersebut ke hadapannya. Dia menikmatinya di depan mataku. Dan entah kenapa, koq aku jadi ngiler dan pengen makan juga. Hmm.. yummy keliatannya! Ayamnya crispy, terus pedas pula.

Tapi aku hanya menyimpan keinginan tersebut di dalam hati. Ahh, duitku di dompet saat itu tidak seberapa. Jadi, sepulang mengajar muridku, aku naik motor dan hanya berdoa dalam perjalanan, "Tuhan, aku mau ayam goreng!"

Sore hari aku tiba di rumah dengan harapan aku bisa makan. Entah apapun makanan itu, asal bukan sendal jepit dikasi kecap.

E doo doo ee.. ternyata my mom baru saja pulang dari sesi belanja-belanji dan.. voila! Lihat apa yang ia bawa?
Yeah, 2 potong ayam goreng crispy!!

Mataku membelalak, saat ibuku datang dan berteriak, "Makan dulu sana.. ada ayam goreng spesial tuh!" (pake nada dan logat Mi Sedap Kari Ayam Spesial :D)

Saat itu aku sedang di kamar, sedang beres-beres karena baru selesai mandi. Yihaaa! Aku menari-nari dan berjingkat senang. Ya, Tuhan, doaku terjawab. Aku bisa makan ayam goreng sekarang!


You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest