Banyak hal dalam hidup ini yang sudah kita rencanakan jauh-jauh hari, dan rencana itu sungguh bagus adanya. Tapi, kenyataannya tidak semua yang kita rencanakan itu terjadi, kan? Ada orang mau menikah bulan Januari 2015, tapi dia dan pacarnya ternyata putus pada bulan Desember 2014. What’s going on? Sewa gedung sudah dibayar, undangan sudah disebar, cincin sudah dibeli, dll dsb. Bayangkan gimana rasanya kalau keadaan itu terjadi kepadamu.
Atau mungkin
situasinya lain lagi. Kamu sudah buat strategi baru dalam pekerjaanmu di
perusahaan dan kamu yakin strategi ini akan memicu keuntungan 2 bahkan 3 kali
lipat, dan bahkan bosmu sudah memuji kamu sambil mengatakan bahwa kalau
strategi baru kamu ini berhasil maka kamu akan dipromosikan. Namun realita
memang tak sepaham denganmu. Kenyataannya adalah, apa yang kamu prediksikan
melalui strategi kamu, hanya harapan kosong belaka. Kamu gagal.
Menghadapi
situasi dimana “realita tidak terjadi sesuai dengan ekspektasi” maka respon
kamu-lah yang paling penting di sini. Menurut penelitian, umumnya ada 4 respon,
berupa pertanyaan, yang kamu akan ajukan kalau kamu mengalami kegagalan dalam
waktu lama dan terus-menerus:
1. Mengapa saya?
2. Berapa lama
semua ini akan terjadi pada saya?
3. Kuatkah saya
menghadapi ini?
4. Di mana Tuhan?
Pertanyaan yang
keempat adalah yang paling “berbahaya”. Ketika kita mulai berpikir bahwa Tuhan
‘seharusnya’ bertanggungjawab dengan semua yang sudah Anda alami tetapi Dia
seperti ‘pergi menghilang entah kemana dan tidak berkata apa-apa.’
Orang Kristen
tidak pernah lolos dari masalah, tapi yang membedakan orang Kristen dengan
orang yang tidak mengenal Allah adalah bagaimana responnya. Mari kita lihat
beberapa tokoh di Alkitab.
Daud punya banyak
masalah. Meski dirinya telah diurapi menjadi raja, dia dikejar-kejar sama raja
(yaitu Saul). Setelah dirinya dielu-elukan sebagai pahlawan yang memberikan
kemenangan, tak lama kemudian dia dikejar-kejar karena dianggap berkhianat.
Menantu yang seharusnya dikasihi malah dimusuhi sama mertuanya sendiri. Pernah
hancur dan gagal tapi toh akhirnya dia naik juga menjadi raja.
Yusuf juga pernah
gagal. Dia itu dari anak orang kaya langsung jadi budak. Namun saat dia jadi
budak, dia bekerja keras sampai akhirnya dia punya jabatan tinggi di Mesir,
katakanlah manager di rumah Potifar karena di situ Potifar hanya mengurus
makanannya, tetapi selebihnya segala urusan diserahkan kepada Yusuf. Ketika dia
sudah punya jabatan, dia harus masuk penjara, dan engga jelas kapan dia akan
dibebaskan! Dia masuk penjara juga bukan karena kesalahannya tapi karena
fitnah! Padahal dia dulunya pernah dapat mimpi bahwa dia akan menjadi pemimpin
yang disegani dan bahkan keluarganya tunduk menyembah dia. Sampai di posisi
ini, bisa saja lho, Yusuf itu merasa sudah diberikan harapan kosong alias
di-PHP-in sama Tuhan. Di titik ini, sangat mungkin sebenernya bagi Yusuf untuk
menggerutu dan berkata, “Mungkin itu cuma mimpi dan angan-angan gw belaka, yang
nyatanya engga akan beneran terwujud!” atau “Mungkin Tuhan mempermainkan gw
dengan ngasi harapan palsu?” Tapi selama itu dia engga pernah sekalipun
mengeluarkan kata-kata makian atau gerutuan. Dia menikmati PROSES.
Berita baiknya
adalah, semua orang pernah gagal. Anda baru putus? Tenang, sangat banyak orang
yang pernah diputusin, bahkan berkali-kali. Anda dipecat? Yasudah, toh semua
orang juga mengalaminya. Jangan menyerah, apalagi bunuh diri. Ga usah lah.
Penting untuk
tetap bersemangat di tengah penderitaan karena kitab Amsal berkata “Orang yang
bersemangat dapat menanggung penderitaannya.” Kata semangat kalo di bahasa
Inggris adalah enthusiasm, berasal dari bahasa Latin entheos, dimana en = di
dalam, theos = Tuhan. Semangat itu ditemukan di dalam Tuhan. Jadi kalau Anda
banyak masalah, carilah Tuhan.
Jadi, kalau
masalah datang, ikuti prosesnya. Berapa banyak dari kita yang enggan mengikuti
prosesnya? Kalau masalah terjadi, Tuhan sedang mau mengajarkan sesuatu. Mungkin
ada yang perlu diubah dari diri Anda.
Nah, bicara soal
proses, kita perlu menilik arang. Arang itu terdiri dari molekul karbon. Apakah
bentuk arang indah? Tidak, bukan? Fungsinya ‘hanya’ membuat api untuk
menghangatkan makanan. Nah, ada lagi senyawa yang terdiri dari molekul karbon
yang ada di ratusan kilometer di kedalaman perut bumi. Di dalam situ, dia
mengalami tekanan yang engga gampang. Sakit. Berat. Perih. Tapi tahu engga
betapa indahnya molekul karbon yang satu ini? Namanya BERLIAN. Berlian dan
arang itu sama-sama terdiri dari molekul karbon, bedanya berlian mendapat
tekanan yang jauh lebih berat.
Bunga itu indah,
ya kan? Kalau kita melihat setangkai bunga dipetik lalu dipajang di dalam vas
bunga atau dijadikan bouquet, wanita pasti tertarik. Namun kalau bunga itu
DIPOTONG, DIPERAS, DIHANCURKAN ? Apakah masih indah? Tentu tidak indah, tetapi
HASIL dari proses pemotongan-pemerasan-penghancuran itu adalah indah, yakni
PARFUM.
Kalau soal
proses, sebenernya kita dari kecil udah mengalaminya lho. Ingat waktu kamu
masih bayi, belajar berjalan dari yang dulunya cuman merangkak. Ingatkah kamu
atau, ingatkah orangtuamu, berapa kali kamu JATUH-BANGUN sampai akhirnya bisa
berdiri tegak dan berjalan lancar? Engga ingat, kan! Apa artinya? Sejak kecil
kita sudah terbiasa mengalami proses jatuh bangun tapi kita tetap enjoy, namun kenapa
saat kita dewasa kita seakan belum terlatih untuk jatuh bangun di dalam masalah
kehidupan? Ingat kembali bagaimana mental pejuang kita waktu kita masih kecil!
Contohnya: Masa’ gara-gara digosipin atau disindir di status FB kita berhenti
pelayanan? Gak make sense!
Bagaimana cara supaya kita bisa bangkit setelah jatuh? Ubah cara pandang
(perspektif) kita tentang kegagalan. Thomas Alva Edison pernah mempekerjakan 2
orang ilmuwan. Suatu kali mereka berdua datang kepada Edison dan berkata, “Pak,
mungkin formula atau rumus yang Bapak selidiki ini salah. Kami sudah gagal 700
kali.” Edison hanya bilang, “Kalau begitu sih namanya bukan gagal 700 kali,
tetapi kalian telah MENEMUKAN 700 cara yang salah yang tidak perlu ditiru. 700
cara yang salah, itulah yang telah kalian ketahui.” Dua ilmuwan ini pun
melanjutkan studi mereka dan berhasil di percobaan ke-750. It’s all about
perspective!
Bisakah kamu melihat “nilai tersembunyi” di balik sebuah produk gagal?
Bisakah kamu melihat pelajaran berharga di balik yang namanya masalah?
Disarikan dari
kotbah Pdt. Andre Imam, Minggu, 10 Mei 2015