Pesan Tuhan pagi ini:
Selama masih ada nafas dan detak jantung ...
dan selama matahari masih bersinar ...
selama itu pulalah harapan masih ada.
Setiap keadaan--apapun itu--masih mungkin untuk bisa berubah.
Kita bisa berubah.
Hanya saat kita sudah mati-lah, maka harapan itu lenyap.
Tapi kita yang masih berdiri, di sini, hidup dan bernafas...
kita masih bisa berubah!
Percayalah!
****
Judul: Penolakan dan Penyucian
Baca: Roma 5:12-21
Sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. —Roma 5:21
Ada orang yang menolak pergi ke dokter karena mereka tidak ingin
mengetahui adanya penyakit dalam tubuh mereka. Sejumlah orang menolak
pergi ke gereja karena alasan yang sama. Namun penolakan kita untuk
mengetahui penyakit yang ada tidak membuat kita sehat, dan penolakan
untuk mengenali dosa kita tidak membuat kita suci.
Hukum Romawi dianggap sebagai sumber dari gagasan bahwa sikap tidak
mau tahu pada hukum adalah suatu pelanggaran. Namun konsep ini telah ada
jauh sebelumnya. Ketika Allah memberikan hukum Taurat kepada orang
Israel, Dia menetapkan bahwa dosa yang tidak disengaja pun memerlukan
korban untuk pengampunan (Im. 4, Yeh. 45:18-20).
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus membahas masalah
penolakan atau sikap tidak mau tahu ini. Ketika orang-orang menolak
untuk mengenal kebenaran Allah, mereka berusaha mendirikan kebenaran
mereka sendiri (Rm. 10:3). Ketika hidup menurut standar moral kita
sendiri, kita mungkin merasa tidak bermasalah dengan diri kita, tetapi
hal itu tidak membuat kita sehat secara rohani. Hanya ketika kita diukur
menurut standar kebenaran Allah di dalam Yesus, barulah kita mengetahui
kondisi kesehatan rohani kita.
Siapa pun dari kita tidak akan dapat mencapai standar kebenaran
Kristus, tetapi syukurlah kita memang tidak harus berusaha mencapainya.
Dia mengaruniakan kebenaran-Nya kepada kita (5:21). Kabar baiknya
adalah, ketika kita mengetahui penyakit rohani kita, Sang Tabib Agung
dapat menyembuhkan kita. —JAL
Tabib Agung, Engkau mengenal hatiku. Aku bersujud di
hadapan-Mu sekarang dan memohon agar Engkau menunjukkan
kepadaku sikap atau perbuatanku yang tidak menyenangkan-Mu.
Sucikan diriku dan sembuhkanlah aku.
hadapan-Mu sekarang dan memohon agar Engkau menunjukkan
kepadaku sikap atau perbuatanku yang tidak menyenangkan-Mu.
Sucikan diriku dan sembuhkanlah aku.
Allah adalah Sang Pengukur dan Tabib bagi kesehatan rohani kita.
(sumber: http://www.warungsatekamu.org/2012/06/penolakan-dan-penyucian/)