Tengah Malam di Dalam Kereta

11:34:00 pm

Aku menulis untaian kalimat ini di dalam gerbong 1 kereta api jurusan Senen - Semarang. Bukan di tempat sunyi dan gelap, meskipun hari ini sudah malam tepatnya menjelang pukul 00.00. Yang aku tak mengerti, mengapa penyelenggara layanan transportasi ini tetap menyalakan AC dan lampu terang benderang meski ini sudah jamnya tidur? Mengapa mereka tak melakukan aksi penghematan energi--dan kemudian membiarkan para penumpang tertidur dalam temaram? Ah, entahlah. Mungkin mereka punya skema untuk membuat perut kami selalu kelaparan dengan cara membiarkan hawa dingin menyelinap ke balik pakaian kami, dan tak lama kemudian petugas pramuria akan berkeliling membawa daftar menu yang lantas membuat kami terbeban untuk memesan beberapa minuman hangat. Dan mereka pun mendapat profit ! Oh, I knew it already.

Sudahlah,
Saat tubuhku bergoyang-goyang di bangku empuk ini bak sedang melewati arung jeram, aku kembali mengingat kamu. Ya , kamu. Seseorang yang pernah berarti dalam hidupku--dan terlepas dari keadaan sulit yang akhirnya memisahkan kita--aku tetap bersyukur atas apa yang telah Tuhan kerjakan bagiku melalui kamu. 

Aku selalu merasa kesendirian adalah momen dimana otak dan jiwaku di-charge kembali. Bertemu, berbincang, dan tertawa dengan orang lain adalah hal yang menyenangkan--sekaligus menguras tenagaku. Jadi, ketika tiba saatnya dimana aku hanya berdua dengan pikiranku, aku kembali memikirkan hal-hal penting yang biasanya tak terpikirkan saat sedang bersosialisasi.

Selain membayangkan keberadaanmu, yang nun jauh di sana--bukan hanya jauh secara jarak, tetapi juga secara hati (ceilaah), aku juga membayangkan jika kejadian-kejadian mengenaskan di berita (yakni seputar kereta anjlok dari relnya, atau apalah) terjadi dalam hidupku. Ahh, aku tidak berharap tentunya. Lagipula jika Tuhan belum selesai dengan hidupku, Dia tidak akan memanggilku sekarang. Masih banyak tugas yang kurasa perlu kukerjakan. 

Ah, semakin dingin saja angin elektronik ini menghembusi gerbong kereta api kelas bisnis yang aku tumpangi. Sialnya lagi aku mulai mencium bau tembakau, padahal ini ruang ber-AC! Halooo, orang-orang tak berintelek, bisakah kalian segera hengkang dari sini dan menuju area bertanda SMOKING ROOM jika kalian ingin melampiaskan hasrat untuk mengasapi diri? Jangan asapi paru-paru kami, terutama aku yang masih muda, masih punya banyak visi, dan belum menemukan jawaban atas banyak pertanyaan di kepalaku.

Aku kembali mengingat kamu. Daripada memikirkan perilaku menyenangkan yang tidak kaulakukan kepadaku atau sikap-sikap menyebalkan yang kautampilkan di hadapanku dulu, lebih baik aku memproyeksikan apa yang ingin aku ubah dari diriku dan apa yang akan kucapai di masa yang akan datang, Aku percaya dengan sepenuh jiwa, logika, dan fisika bahwa akan tiba saatnya dimana aku berdiri di altar dan berkata I DO tanpa disertai keraguan dan penyesalan sedikitpun karena hatiku telah mantap memilih sang pendamping hingga ajal memisahkan. 

Ya ampun, apa pula nih yang aku tulis? Ababil ya? Harap maklumi saja, deh!

You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest