Kami Perempuan

10:14:00 pm

Kami perempuan.

Kami terbiasa memastikan semua dalam keadaan teratur.

Rumah jangan sampai berantakan, pekerjaan kantor tidak boleh keteteran, dan pakaian harus tersusun dengan pengelompokan berdasarkan fungsinya.

Maka, keadaan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kami frustrasi.

Kami perempuan.

Ketika pasangan kami mendadak diam, kami gelisah bukan main.

Yang kami tahu, ada sesuatu yang salah sedang terjadi pada orang yang kami kasihi.

Kami jelas paham, betapa berbedanya sorot matanya hari ini.

Tetapi, perang dingin yang kalian canangkan—sebuah bentuk kesunyian yang mirip tembok tak tertembus... telah membuat kami risau!

Jika kami membuatmu marah, beritahukan apa salah kami.

Bahkan jika memang ada perempuan lain yang akhirnya membuat kalian memilih diam terhadap kami.. sungguh, tolong, katakan yang sejujurnya pada kami.

Karena bagi kami, lebih baik kalian membuat kami menangis karena kejujuran daripada membuat kami tersenyum karena kebohongan!

Ya Tuhan.. kenapa kalian tak juga membuka suara.

Kalian mendadak bisu dan tuli, ketika kami tanya “Kenapa?” sampai puluhan kali.

Haruskah kami memohon seperti seorang narapidana meminta kebebasan pada hakim?

Perlukah kami berlutut di hadapan kalian, supaya kalian bicara?

Berkali-kali kalian berkata, “Berhenti bertanya. Ini bukan tentangmu.”

Tapi jawaban kalian hanya sebuah retorika! Jika bukan karena kami, lalu mengapa engkau mendiamkan kami?

Kami perempuan.

Kami tidak mengerti pola-pola logis yang selalu kalian banggakan.

Sekali lagi. Kami terbiasa mengontrol segala sesuatu: pola makan anak-anak, letak perabotan, dan jadwal piket di rumah.

Kami merasa aman saat semuanya terkendali.

Dan apa yang sedang kalian lakukan—pendiaman yang terus kalian tampilkan... adalah penghinaan terhadap rasa aman kami.

Kami perempuan.

Jangan tanyakan mengapa kami tidak bisa tidur nyenyak dan tak punya nafsu makan.

Chat yang tak terbaca, dering telepon yang tak terangkat, surat yang tak terbalas...

Sikap kalian-lah yang menyebabkan kami demikian resah.


You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest