Surat dari Mamih #2: Tidak Ada Filter ‘Suku Terbaik’
11:23:00 am
Nak, saat kamu
besar nanti, kamu akan bertemu beberapa orang yang suka melabeli dan
menjelek-jelekkan suku lain. Orang-orang yang seperti itu, sebaiknya kamu jauhi.
Sekedar menyapa dan kadang bergurau dengan mereka, tidak apa-apa. Tapi
bersahabat atau bekerjasama dengan mereka, lebih baik jangan.
Meskipun mereka
cerdas secara akademik, Mamih rasa sia-sia saja jika kamu menjalin persahabatan
dengan orang yang suka membanggakan sukunya sendiri. Perbincangan dengan mereka
hanya akan menyempitkan sudut pandangmu. Mereka akan membuat kamu lupa bahwa
kamu tinggal di negara dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Banyak cara agung
untuk menjadi besar: berkompetisi-lah melalui prestasi, nilai moral, atau
gagasan. Tapi, menjatuhkan suku lain atau membuat fitnah busuk tentang suatu
kelompok ras tertentu, adalah cara murahan dan tanpa harapan. Mamih mungkin
ngga akan bisa tahan ngobrol lama-lama dengan kawanmu yang rasis itu. Mamih
nggak akan segan-segan menyuruh mereka pulang dari rumah kita, Nak.
Teman-temanmu
akan menentukan siapa dirimu. Bahkan Mamih mungkin tidak bisa memberi pengaruh sebesar
yang teman-temanmu berikan pada hidupmu. Jadi, kamu harus memilih orang-orang
yang asyik: mereka harus berpandangan luas dan bisa diajak bicara tentang topik
apapun. Dan yang terpenting, kamupun harus menjadi pribadi yang seperti itu,
Nak.
Mengapa Mamih
alergi dengan orang yang suka memuja sukunya sendiri dan menjelekkan suku lain?
Begini Nak.. setiap orang tidak memilih dari suku mana mereka lahir. Mereka
bisa memilih agama apa yang akan mereka anut, kepercayaan macam apa yang mau
mereka akui... itu semua hak asasi mereka! Tapi, soal suku... Mereka tidak bisa
meminta.
Ketika kamu
melekatkan label kurang baik pada seseorang hanya karena ia berbeda suku
denganmu, apa faedahnya? Apakah kamu pikir, Tuhan membuat kesalahan saat
menciptakan dia? Apa Tuhan sejak awal sudah mengkotak-kotakkan suku tertentu?
Bahwa, suku A B C pantas menerima kemakmuran dan kepintaran, sementara suku D E
F sampai selamanya akan terbelakang dan bodoh? Apakah Tuhan sekejam itu?
Nak, kalian perlu
menyimpan energi untuk hal-hal yang lebih penting daripada sekedar perdebatan
soal ‘suku mana yang paling mulia’. Tinggalkan pecakapan-percakapan bodoh itu.
Block semua akun media sosial kalian yang ramai akan hal itu. Pergilah ke
perpustakaan, bacalah buku, dengarkan musik yang bagus, kunyah makanan lezat,
dan... kelak kamu akan memahaminya Nak: ketika Tuhan memandang semua
ciptaan-Nya, Dia tidak menggunakan filter “suku terbaik”.
0 komentar