Flashpacking: Pangandaran Beach (part 3)

8:30:00 pm

Masih di Pantai Barat nih, menikmati alam ciptaan Tuhan yang indah pake banget!

Gimana ya rasanya kalau tiap hari memandang lautan luas ini? Kayaknya stress bakal berkurang kali, ya?

Gatau juga sih, bisa jadi penduduk lokal sini malah bosen ngeliatin air maju-mundur-maju-mundur cantik tiap detik. 

Gw nemu sejumlah kafe di tepi pantai yang menyediakan tempat lesehan dan sunbeds. Kita mampir ke salah satu kafe, namanya Bamboo Cafe. Kita pesen jus dan cemilan nanas goreng... dengan harga murah! Jelas jauh beda sama kafe-kafe di Bandung. Kalau di Bandung tuh, udah makanannya mahal, porsinya dikit, dan lokasinya biasa aja. Sementara kafe-kafe di sini, harganya harga anak kost, porsinya porsi tukang bangunan, dan ditambah bonus view pemanangan alam. Kurang apa coba?

Di sini juga gw naek ayunan yang terbuat dari ban, yang bikin bokong gw sakit, mungkin karena bokong gw over-sized. 



Baca novel plus denger sound effect debur ombak 
Ada ayunan ban.



Abis jalan-jalan menyusuri pantai sampai gosong, kita mulai mencoba untuk menyeberang ke Pantai Pasir Putih, menggunakan perahu sewaan. Eitss, apakah Pantai Pasir Putih ini berbeda dengan yang di Cagar Alam? Jawabannya: sama aja. 

Tapi, kita mau iseng cobain naik perahu ke tengah laut. Secara, dari tadi kan kita mondar-mandir di bibir pantai mulu. Hayuk, ahh cuss!

Untuk harga normal saat turis lagi rame, tarifnya adalah Rp 150.000 per kapal untuk satu putaran (diturunin di Pantai Pasir Putih, kemudian dijemput kembali untuk dibawa ke Pantai Barat). Tapi karena gw hanya mau diturunin di Pantai Pasir Putih tanpa minta dijemput kembali, dan berhubung waktu itu turis lagi sedikit, maka gw tawar tarifnya, menjadi Rp 50.000 saja.

Pas hampir nyampe Pasir Putih, gw menyaksikan kapal oleng yang karam, teronggok begitu saja di bibir pantai Pasir Putih.

Abang perahu yang memandu kami pun mulai bertindak sebagai tour guide. Dia menjelaskan bahwa kapal ini berasal dari Nigeria, yang ditenggelamkan oleh Menteri Susi Pudjiastuti. Aduhai, kesalahan apa yang kapal ini perbuat?

Ternyata, dia telah mencuri ikan di perairan Indonesia secara ilegal. Huh, pantas saja! Si abang perahu ini juga menjelaskan, bahwa kapal Nigeria itu termasuk canggih, karena dia punya sistem untuk mengecek radar sehingga dia selalu lolos dari incaran. Hebatnya lagi, di dalam kapal ini sudah ada pabrik pengolahan. Setiap ikan yang tertangkap langsung dijadikan ikan kaleng!

Terus, kenapa kapal ini diletakkan begitu saja tanpa dibuang ke tempat sampah? Olala, ternyata kapal karam ini sengaja dibiarkan apa adanya supaya menjadi tugu peringatan. Bagus juga, ya.

Tenggelamkan!
Kalau di foto terlihat kecil, padahal dari deket gede sekali kapal ini...

Good job, Bu Susi Pudjiastuti !

Sesampainya di Pantai Pasir Putih kita langsung menemukan beberapa orang (kayaknya satu keluarga) yang baru selesai snorkeling. Oh yes, di sini kita bisa menyewa peralatan lengkap untuk snorkeling. Untuk biayanya, gw kurang tau. 

Langsung deh kita masuk ke kawasan Cagar Alam. Untuk masuk ke sini kita nggak perlu beli tiket lagi. Cukup tunjukkan tiket tadi pagi (baca postingan sebelumnya). Tiketnya ternyata bisa dipake bolak balik keluar-masuk, asal masih dalam hari yang sama. Sungguh, sebuah inovasi dalam hal pariwisata!

Kita pun menaiki bukit dan sejumlah anak tangga. Nah, di sinilah kita menemukan banyak sekali monyet-monyet gentayangan, eh bertebaran. Ada yang manjat pohon, ada yang genit pas ngeliat kita dateng, ada yang asik minum yakult padahal botolnya kosong. Doi sengaja banget berpose pas tahu mau difoto.

Kapal karam, pemandangan dari atas bukit Cagar Alam

Tangga cantik menuju Cagar Alam Pangandaran

Sok-sokan minum yakult padahal kosong

Dari Cagar Alam kita keluar ke sebuah pintu gerbang, persis ke pintu yang tadi pagi kita datengin untuk beli tiket. Hari udah semakin gelap, hujan sepertinya akan turun sebentar lagim maka kita pun menuju penginapan untuk mandi, makan, dan tidur cantik.

Keesokan harinya, yaitu Minggu, kita merasa sedikit mellow. Yah, apa mau dikata, liburan akan segera usai. Kita harus kembali ke Bandung. Selesai berkemas kita cabut ke kafe Fatamorgana untuk sarapan pagi, Yeaay, kali ini menunya, nasi goreng seafood, nggak campur pasir laut.

Hiksss, dengan berkurangnya butiran nasi di piring gw, maka sudah waktunya kita meninggalkan Pangandaran. Ohh laut dan ombak, nantikanlah kami untuk datang kembali... entah kapan. 

Selamat pagi, Pangandaran! (pemandangan dari kafe Fatamorgana)

Interior kafe Fatamorgana

Pemandangan menuju Bunderan Pangandaran

Kereta yang menjemputku untuk pulang ke Bandung, sudah tiba!

You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest