KUTUKAN ORANG PINTAR

5:25:00 pm

Kautahu apa yang biasanya disyukuri orang pintar tapi sebenarnya bisa mencelakakannya? Ya, kepintarannya. Kepintaran orang pintar tidak hanya berperan sebagai madu yang memaniskan jalan hidupnya. Ia juga bisa berubah wujud menjadi racun, jika tidak ada kebijaksanaan dalam ramuannya.

Dalam buku BERPIKIR KRITIS karya Edward de Bono dijelaskan mengapa semakin rinci suatu penjelasan, semakin sedikit tindakan yang dilakukan. Yup, untuk sampai ke tahap bertindak kita rupanya hanya butuh pengetahuan sampai pada kadar "cukup". Jika lebih dari itu--artinya jika seseorang memutuskan mendalami kembali seluk-beluk dari penjelasan tersebut--maka ia akan kembali ke kondisi tidak mengerti lagi. Inilah paradoks itu. Kita cenderung tidak bertindak atau melakukan apapun dengan informasi yang dimiliki, jika informasi itu terlalu banyak (analysis paralysis). 

Contohnya, ketika kamu menyetir mobil. Bagaimana kamu menggunakan mobil? Ya, tinggal nyalain kuncinya maka mobil bisa bekerja dan bergerak maju. Seorang supir angkot tidak perlu menjadi sarjana teknik mesin dulu untuk mengetahui cara mengendarai mobil. Jika setiap sopir harus menerima informasi rinci terkait proses perubahan bahan bakar menjadi pemicu gerakan piston pada mesin, mungkin dia tidak akan menyetir seumur hidupnya. Sopir itu hanya perlu mengetahui di mana dia harus memasukkan kunci, mana rem, mana gas, mana kopling, cara pindah gigi... dan itu CUKUP. Sekumpulan penjelasan yang tidak kompleks itu sudah menjadi bekal yang layak untuk dia menyetir. 

Kembali pada pokok permasalahan di paragraf satu. Orang pintar cenderung memahami hal-hal rinci yang tidak dipedulikan khalayak umum. Orang pintar dikaruniai kemampuan khusus untuk mendalami suatu mekanisme atau isu sehingga mereka bukan hanya tahu apa yang terjadi, tapi juga mengapa itu terjadi dan bagaimana terjadinya. Itu juga yang menjadi penghambat mereka untuk bergerak maju ke sebuah tindakan. Pertimbangan-pertimbangan yang diperoleh dari berlimpahnya pengetahuan telah membuat mereka diam di tempat terlalu lama--lebih lama dari orang biasa yang langsung bergerak ketika memperoleh pemahaman yang sedikit.  

Jika demikian, apakah orang bodoh jauh lebih beruntung? Tentu tidak, pada kadar tertentu.

Sebaliknya dengan orang pintar, orang yang kurang pintar biasanya mengetahui istilah atau nama untuk menggambarkan suatu sistem, namun tidak tahu cara kerja di balik nama itu. Terus kenapa? Ya, mereka akan dengan mudah menyalahkan nama tersebut ketika ada sesuatu yang tidak mereka mengerti. Contoh: Budi mengetahui bahwa jika ia ingin membuat kartu nama yang bagus dia bisa menghubungi desainer di kotanya. Desainer adalah nama yang ia mengerti. Langkahnya sejauh ini tepat. Budi berpikir desainer dapat menyelesaikan pesanannya dalam waktu 3 jam--sebab menurutnya kartu nama itu sederhana. Ketika desainer mengatakan dibutuhkan waktu 3 hari alih-alih 3 jam, Budi mengerang. Ia semakin kesal ketika mengetahui tarif pembuatan kartu nama itu adalah 150.000 rupiah. "Untuk benda seukuran kartu kredit harga segitu tidak masuk akal. Apa-apaan ini?" demikian keluhan Budi yang ia sampaikan di instastory-nya. Siapapun desainer yang membacanya mungkin terpingkal-pingkal atas sempitnya pengetahuan Budi mengenai proses desain. 

Tapi sampai sejauh mana Budi harus memahami proses desain kartu nama? Tentu saja ia tidak perlu tahu bagaimana cara memilih color palette dan typography yang apik di software Photoshop. Jika ia tahu sampai sejauh itu, tentu Budi sudah merancang kartu namanya sendiri. Setidaknya, Budi harus punya bayangan akan proses desain yang melibatkan konsep, lalu revisi beberapa kali, hingga finalisasi. Detailnya tidak terlalu penting. Tapi pemahaman akan cara kerja desainer akan membantu Budi mengukur berapa lama jam kerja dan berapa rupiah yang ia perlu keluarkan. 

Tuhan dan gaib, itulah dua nama yang sering kita gunakan untuk menggambarkan peristiwa atau sistem yang kita tidak pahami cara kerjanya. "Fenomena ini pasti campur tangan Tuhan." "Hal seaneh ini hanya bisa terjadi di dunia gaib." Manusia umumnya terus meletakkan tanggung jawab pada nama-nama tersebut akan situasi yang di luar radar pengertian mereka... hingga mereka menyadari bahwa sains dapat menjelaskan hal-hal yang tadinya gaib. Sementara itu seseorang yang cukup dewasa akan menyadari bahwa meskipun Tuhan tidak dapat diselami, Dia tidak bekerja sesuka hati-Nya begitu saja tanpa alasan. Ada cara kerja dan proses di balik semua yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidupnya. Pemahaman semacam ini sangat sulit dijelaskan dari seorang mentor kepada muridnya. Kadang diperlukan pengalaman pribadi sang murid hingga ia benar-benar mengerti dan menerima keabsahan pengetahuan tersebut. 














- Photo by Jr Korpa on Unsplash


You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest