tiga indikator si petualang

2:07:00 pm

 Indikator utama keberhasilan sebuah travelling menurutku ada 3: 

1) pencernaan lancar selama berlibur, 

2) uang cukup untuk beli apapun yang diinginkan, dan 

3) tidur nyenyak!

Udah ngga perlu dijelaskan kali ya, kenapa tiga hal itu yang utama. Kalo lu lagi travelling ke tempat baru tapi pencernaan lu terhambat, percayalah... lu bisa kehilangan banyak momen berharga karena makanan-makanan yang lu coba mungkin tidak terasa memuaskan. Kemungkinan besar lu ngga akan makan yang aneh-aneh atau mencoba sesuatu yang baru, karena berfokus untuk mengeluarkan isi ususmu yang telah berkerak sekian lamanya. Mungkin ujung-ujungnya kamu makan sayur dan buah saja, dan gagal menikmati lezatnya daging-dagingan. Dan pencernaan ini bukan hanya soal perut, tapi MOOD! Ya, bisa-bisa mood berantakan ketika jalan ke objek wisata yang cantik ketika kamu menyadari BANYAK SAMPAH DI PERUTMU yang nyangkut dan keras.

Sebenernya apa penyebab pencernaan jadi ngga lancar? Menurutku salah satunya ya kondisi toilet di hotel yang berbeda dengan di rumah sendiri. Kecenderungannya ada rasa kurang nyaman, meskipun toiletnya sendiri bersih. Faktor kedua adalah rasa tegang yang akhirnya mempengaruhi kemandekan saluran cerna. Maksudnya, dalam mempersiapkan liburan kan kita akan mengantisipasi banyak hal. Misalnya, nanti pesawatnya telat ngga, hotelnya sesuai dengan yang di foto ngga, cuacanya cocok ga. Jadi, bersyukurlah. Sekali lagi kukatakan, bersyukurlah...! Jika dengan mudahnya kalian dapat boker di mana saja dengan tingkat kelegaan yang paripurna! Kalian sudah memiliki modal yang cukup untuk bisa jadi petualang! 

Indikator kedua soal uang. Ini bukan berarti uang yang unlimited ya. Kita kan sedang berlibur, bukan pindahan, jadi kita hanya memerlukan jumlah tertentu dan untuk sementara saja. Tapi bayangkan, jika hal yang sementara ini saja tidak dapat kamu nikmati sepenuhnya karena keuanganmu terbatas, betapa nelangsanya. Mau main ke objek wisata A, tiketnya ga mampu beli. Mau makan di resto B yang bikin penasaran, cuma bisa gigit jari. Mau pergi jauh dan sewa mobil, harus berakhir dengan angan-angan dan diam di hotel saja. Maksudku tentu ada orang-orang tertentu yang menikmati staycation, walaupun aku tidak begitu. Ada saja orang yang terbang jauh-jauh lintas pulau dan samudera demi muter-muter di properti tempat ia bermukim, dan tidak merasa bersalah jika tidak keluar dari situ sekedar untuk liat-liat kondisi daerahnya. 

Indikator ketiga adalah tidur nyenyak. Mamamia, aku sudah merasakan betapa menderitanya berlibur tanpa bisa tidur! Setiap objek wisata indah tidak dapat kunikmati karena mood berantakan, tenaga nge-drop, dan semua terasa begitu aneh! Aku ingat ketika sedang menikmati Bali untuk pertama kalinya, dan entah karena terlalu excited atau karena minum kopi sebelum penerbangan, akhirnya di malam hari aku tidak bisa tidur hingga subuh. Konyolnya aku bahkan sampai meminum obat parasetamol dengan harapan timbul rasa kantuk dan bisa tidur dengan mudah. Namun, itu pun berakhir dengan kegagalan. Mungkin jam 3 atau 4 baru bisa tidur, padahal paginya badan sudah terbangun secara otomatis. Paginya aku berjalan menikmati matahari menuju Beachwalk mencari sesuap sarapan, tapi apa yang kurasakan? Semua terlihat tidak menarik. Aku melihat orang-orang dan bertanya apakah mereka juga merasakan rasa kantuk sepertiku. Jika mereka segar dan sehat, aku bertanya-tanya dengan anehnya, bagaimana caranya? Percayalah, kurang tidur saat liburan benar-benar merugikan dan membuang waktumu yang berharga! 

Menurutku travelling ke Bali Utara kemarin termasuk berhasil karena tiga indikator di atas terpenuhi. Aku bersyukur dengan atap yang menaungiku dan tembok yang melindungiku dari dingin dan panas. Aku bersyukur dengan kesehatan yang kumiliki untuk pergi sejauh yang aku mau dan melahap apapun yang sedang kuinginkan. Aku bersyukur dengan mudahnya mengeluarkan isi perut di tempat yang terhitung asing. Aku bersyukur bahwa meskipun tempat ini adalah hasil pencarianku sendiri, semuanya sesuai ekspektasi, dan rasanya tidak kapok mengunjunginya lagi kedua kali nanti. 

So yeah, bayangkan bahwa ada banyak musik yang tercipta di planet ini tapi belum sempat kamu dengar. Dan kamu berkutat dengan playlist yang itu-itu saja--merasa puas seakan kebahagiaan jiwamu sudah penuh bahkan luber. Padahal jika kamu mendengar senandung lain, penyanyi lain...bisa saja rasa cintamu pada yang itu akan lebih besar dari playlist yang sekarang. Tapi pada saat yang bersamaan, ironi itu nyata--bahwa dalam dalam durasi hidupmu yang tidak akan melebihi 120 tahun, kamu tak mungkin sempat mendengarkan semua musik dari seluruh dunia. Dan akhir kata, akan ada orang yang tidak mengetahui lagu terindah yang pernah kau temui. 

Ini bukan cuma soal musik; tapi juga manusia, pemikiran, penemuan, makanan, alam, pemandangan. 

Mustahil mengecap semuanya, namun jika yang sedikit yang dapat kaukecap ini tak juga membuatmu puas, maka mungkin itu bisa dikategorikan hidup yang agak sia-sia. 


Photo by Annie Spratt on Unsplash


You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest