Menjadi bahagia itu berproses. Artinya, harus bersedia melewati masa sedih dulu.

Selalu skip bagian lara? Huh, dasar lemah. Hanya mendambakan cerah, tapi membenci hujan.

Ambil waktu untuk berpikir, apa sebabnya aku bersedih. Kalau di skripsi ini namanya LATAR BELAKANG.

Kemudian lanjutkanlah dengan PENJABARAN. Seberapa valid rasa sedih ini? Jika variabel X atau Y tidak dilibatkan apakah kesedihan ini dapat teratasi? Atau justru sebaliknya?

Jangan terburu-buru melompat ke bab KESIMPULAN, sayang. Justru itu bagian yang paling singkat. Paling 3 paragraf penuh omong kosong. Justru bagian penjabaran-lah yang harus tebal agar bisa timbul kesimpulan. 

Merasa tak berguna saat salah. Kadang ingin menyerah. Gapapa. Nih, tissue. Bersandar padaku. Kita nangis bersama.

Habis ini kita tertawa kegirangan lagi. Janji. 

Apa sih bahagia? Apakah dia bisa didefinisikan dengan adil dan berimbang?

Buat satu orang, hujan itu berkah. Suasana makin kondusif buat goleran, seduh mih instan, dan seruput cokelat panas. Tinggal ditemani Netflix deh. Hidup terasa sempurna.

Bagi orang lain, hujan itu kiamat. Hati dag-dig-dug mengharapkannya cepat usai, karena jalan depan rumah dengan cepat tergenang. Air akan menyeruak masuk kalau dia lengah memantau. Hujan makin deras artinya ia harus kerja bakti dengan seisi rumah untuk angkat perabotan ke lantai dua. 

Bagi satu orang, kerja kelompok itu surga. Dia selalu dicari dan sudah pasti dapat temen kerjasama. Mungkin dia tidak terlalu pintar, tapi dia populer. Siapa sih yang bakal menolak kerja bareng orang tenar? 

Bagi orang lain, kerja kelompok itu neraka. Dia hanya menjadi sisa-sisa untuk diterima di kelompok lain. Dia itu pandai, hanya saja canggung kalau bergaul dengan orang banyak. Setelah ia diterima di sebuah kelompok, pola yang ia rasakan selalu sama: dia yang cape kerja, yang lain nebeng nama. 

---

Photo by Mika Baumeister on Unsplash 

Membuat diri kita bahagia adalah tugas kita.

Salah banget kalau kita sampai hari ini masih juga bergantung sama orang lain untuk membuat kita bahagia.

Masalahnya nih, terkadang kita kurang kenal dengan diri kita sendiri, sehingga kita nggak tau hal-hal apa saja yang bisa membuat kita bahagia.

Nah, kalo gw itu paling suka dengan telinga gw. Kalau telinga gw bahagia, gw juga bahagia.

Jadi salah satu cara gw membahagiakan diri gw adalah dengan mendengar hal-hal seru seperti:

- curhatan dari seorang temen yang lagi punya masalah segudang,

- ide gila bin ajaib dari orang yang cerdas, atau

- musik yang gw suka.

Gw bahagia banget kalo bisa nemu lagu yang gw suka dengan bitrate 320 kbps! Itu gw bahagia pake banget. Apalagi kalau download-nya gratis. Udah deh, itu mah gw langsung ngurung diri di kamar, pasang headset di kuping kanan-kuping kiri terus dengerin tuh lagu dengan volume maksimal. Telinga gw bahagia, jiwa gw bahagia.

Selain telinga, gw juga suka hal-hal yang berkaitan dengan air.

Pekerjaan rumah yang gw sukai adalah mencuci piring, karena kegiatan ini membuat gw menyentuh air dalam volume banyak dan tangan gw juga ikutan bersih sembari menggosok piring dan panci dengan sabun. Coba deh, kalian rasain sungguh-sungguh air yang mengalir dari keran saat kalian sedang mencuci piring! Menurut gw yah, itu bisa mengurangi stress gw. Jadi kalau pulang kantor malem-malem dan kepala gw penat ajubileh, udah deh, gw terapi relaksasi di bak cuci piring.

Olahraga yang gw sukai adalah berenang, karena menurut gw berenang adalah satu-satunya olahraga yang nggak mengeluarkan keringat tapi bisa membuat kita ngos-ngosan. Kalo udah nyemplung di kolam renang tuh, gw kayak berada di alam lain, lho! Kalau pikiran gw lagi butek, gw suka berenang sambil melihat birunya air, merasakan sejuknya air kolam membasahi tubuh gw. Seger dan asik banget! Buteknya kepala gw terganti dengan warasnya otak gw.

Gw juga suka berpikir. Bukan berarti mikirin teori kuantum ala ilmuwan atau asal-muasal dinosaurus ya, tapi gw lebih cenderung memikirkan hal-hal di sekitar gw. Sepertinya banyak orang yang menilai pikiran gw agak abstrak, absurd, dan kusut. Tapi sebenarnya itu karena gw kurang mampu menyampaikan isi pikiran gw ke mereka, soalnya kata-kata gw terbatas. Selain itu, kadang gw merasa tidak smua hal yang kita pikirin harus dikasitahu ke orang lain. Udah, cukup lo sama Tuhan aja yang tahu!

Gw suka memikirkan soal kemungkinan-kemungkinan (possibilities) yang terjadi di dunia ini. Kalau gw lagi diem, kemungkinan besar gw lagi mikir. Kalo gw diem sambil masang tampang kayak anak terlantar belum makan 2 bulan, itu berarti prosessor gw lagi panas-panasnya. Haha, ngga juga sih. Gw biasanya mikir itu saat sebelum tidur, saat lagi pup, saat lagi duduk di meja kerja, saat lagi liatin jari telunjuk, saat lagi mencet-mencet keypad di smartphone, saat lagi mendorong kursi, saat lagi nyanyi lagu Mandarin, saat lagi nyetir motor, saat lagi nuangin minyak telon ke tangan, saat lagi benerin kabel speakers, saat lagi browsing Pinterest, saat lagi makan roti Breadtalk, dan lain-lain.

Apa yang bikin lo bahagia? Cari tahu. Dan jadikan 'membahagiakan diri' sebagai bentuk tanggung jawab. Jangan nuntut kebahagiaan lo dari orang lain! Kasian mereka! Malahan mereka sendiri perlu untuk dibahagiakan, kan?