Kisah Nyata yang Tragis

11:59:00 am

Ini adalah cerita sebenarnya ( diceritakan oleh Lu Di dan di edit olehLian Shu Xiang )
Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapisegalanya sudah terlambat.
Membawa nenek utk tinggal bersamamenghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrarcinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dansuami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunyaharapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hinggatamat kuliah. Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamaryg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bungadan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinarmatahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkatsaya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata:"Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku kedadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Akuseperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukankedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia sukatiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putarsampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh menikmatisaat-saat seperti itu.
Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumahdengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkatakepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bungatidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah denganbunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebihgembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:"Nenek, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambilmembawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa hargabunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambilmenggeleng-gelengka n kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,diaselalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, diaselalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambilberkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yangsebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkansarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-lakimasuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajahnenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenekselalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dansendok, itulah cara dia protes.
Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badankusangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangunpagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku didapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; diasuka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisauntuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantongplastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semuakumpulan kantong plastik.
Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairanpencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekalilagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku sedangmencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil membantingpintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidurseperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidakperduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambilberkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itubisa membuatmu mati?"
Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasanamejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihakpada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiappagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatukebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan denganlahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku,seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membelimakanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Ludi, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehinggakamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkatatanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan diaakhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersamakami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serbacanggung itu.
Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatuperasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluarsemua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana akusegera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihatsuamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinarmata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek danberkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpabisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku,nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamikusegera mengejarnya keluar rumah.Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudahbanyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mualdan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yangkacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"LuDi, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan akusedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuahberita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan neneksebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu diaberubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalutetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat kearahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanyapenuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada dirikusendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal akuingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Danberharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai akuminta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksiair mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibatsangat buruk?
Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengansedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, akumenyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedangmengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpaberkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki ygsangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cintadengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.
Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskanmasalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergimencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya ygmelihatku dengan wajah bingung.."Ibunya pak direktur baru saja mengalamikecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbukalebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudahmeninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandangjasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalamhati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapadenganku, jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenekberjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamikumengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidakmelihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku barumengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika akutidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar, jika............dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badanpenuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi jugamerasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semuaini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segeramempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernahmenjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnyawalaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kamihidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulangmakin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.
Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampudan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanitadidalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Akutertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam danberdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidakmenangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harusberkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendakberlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahkudengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungkuterasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak..mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yangtelah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami jugasepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadangsewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidakingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untukmenjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi......... semua berlalubegitu saja.
Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiapkali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hatiini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayiini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankanmiliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidakbersalah.
"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri, akusudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkatakepadanya:""Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya"".Diamelihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkatapada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasasakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata diamemperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, akumenanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.""Lu Di, kamuhamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicarakepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluardengan derasnya. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudahboleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami salingberpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, airmatanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, semuasudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali."Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkanaku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidakbisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan.Cintadiantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuahakibat kesengajaan darinya. Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidakakan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahanuntuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernahmenyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiahpemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tanganisurat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyaptidak berbekas.
Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segeraberlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari,terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidakperduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perdulipadanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya danbertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawaterbahak-bahak. Dia lupa........ itu adalah dulu, saat cintaku masihmembara, sekarang apa lagi yg aku miliki?
Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerangsampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barangperlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untukanak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak denganbarang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidakbergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari darikamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dialagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagikuitu bukan lagi suatu masalah.
Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan akuberteriak dengan suara yg keras.. Dia segera berlari masuk ke kamar,sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tungguolehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringatdingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segeradigendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, akuterbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagiyg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?
Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuhkasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakitaku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, diamemandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambiltersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangkudengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Akuberteriak histeris memanggil namanya.
Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………akupernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakitsaat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadiummematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuahmukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu katadokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagiperduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamarnenek lalu menyalakan komputer.
Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, akumasih berpikir dia sedang bersandiwara…………Sebuah surat yg sangat panjangada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimuaku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Akutahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dankekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapiayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayahmencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidupyg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah."
"Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidupselama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, diasungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalahorang yg paling ayah cintai"
Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMAsampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia jugamenulis sebuah surat untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal ygpaling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan akutidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatanbayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangissewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasihatas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punyakesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiahtertulis semua tahun pemberian padanya"
Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendonganak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang,bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakankasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah diamembuka matanya, tersenyum............anak itu tetap dalam dekapannya,dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera ditangan sambil berurai air mata................
Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita semuabisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kaliansedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlahpesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantarakalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalamhati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jikakita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua halyg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanyamenjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelumkita menyesalinya seumur hidup.

You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest