Covid Story: From Wuhan to Kopo

2:21:00 pm

Waktu lagi chat bahas covid kemaren, seorang temen bilang, "Hebat ya virusnya, from wuhan to kopo." Gw ketawa. Asik jg ni virus kerjanya jalan-jalan muterin dunia. Sementara kita malah terperangkap di rumah-rumah atau kamar RS. Keluar kota aja ribet, apalagi keluar negara. Argh, jangan mo kalah. Begitu kita sehat lagi dan bisa mengendalikan virus jahanam ini, yuk kita traveling lagi! 😍😍😍 

Ini hari ke-11 gw isolasi mandiri. Dinikmati saja, karena toh gw ga sendirian. Banyak yg mengalami. We're in this together. Satu hal yang gw anggap kerugian adalah, gw mesti cancel beberapa penerbangan yang udah gw booked 2-3 bulan lalu. Harusnya terbang di bulan Juli, tapi lihat aja gimana kelabakannya pemerintah RI sampe mesti ngadain PPKM Darurat 3-20 Juli ini. Rudet tiada tara. Apalagi gw belum vaksin. Dan sejumlah keribetan lainnya seperti pembatasan transportasi dan penutupan objek wisata. Ngapain gw terbang jauh-jauh kalo tempat wisatanya malah ditutup coba. Emang gw mau ngendon di hotel, tidur-tiduran kayak orang bego?!

Oke, jadi berhubung ada flight yg dicancel dari maskapainya (i.e. airasia) tapi ada juga yang mesti gw cancel sendiri, dan ada akomodasi yang udah telanjur di-booked dan mesti dicancel… maka gw harus membayar sejumlah biaya admin yang ga sedikit menurut gw. Buat yang belum pernah cancel akomodasi dan flight, gw jelasin dikit. Kalo lo minta cancel maka duit lo bisa balik tapi ga akan 100%. Jarang banget lah bisa 100% refund, kecuali hotel-hotel kelas melati mungkin. Biasanya lo akan kena charge 20-30% dari harga aslinya. Lumayan rugi sih.

But anyway gw tiba-tiba kepikiran, serugi-ruginya gw kali ini, ada loh skenario yang jauh lebih ngerugiin gw yang bisa saja terjadi sama gw (tapi untungnya itu ga terjadi). Contohnya apa? Simpel lah, liat dong kondisi orang2 yang sekarang ngantri IGD RS karena penuh semua. Gw bersyukur gw ngga sesak nafas sedikitpun selama covid. Penciuman gw terganggu memang, tapi saturasi oksigen gw normal banget. Intinya gw ngga kritis. Lah bukannya yg kritis biasanya yang udah tua dan punya komorbiditas ya? Ah kata siapa? Gw tiap hari baca cerita orang-orang di twitter yang kehilangan orang terkasihnya karena covid, baik itu usia tua maupun muda (usia produktif). Jangan kira covid secupu itu men. Dia emang ga semematikan racun ular kobra, tapi siapa yang kena dan apa dampaknya ke orang tsb, bisa beda-beda. Apalagi karena virus ini bermutasi dengan rajinnya. 

Hidup mesti fleksibel. Jangan kaku banget sama masterplan yang kita pikir udah paling sempurna dan tanpa cela. Kalo lagi sehat terus tiba-tiba kita sakit, jalani aja dengan sabar. Ikutin apa kata dokter, minumin obatnya, istirahatin badannya. Kalo Tuhan berkehendak lain, misal memulangkan seseorang ke rumah-Nya yang kekal, yaa jalani juga dengan ikhlas. In the end semua bakal engga ada. Caranya aja yang berbeda-beda.

You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest