Adalah jauh lebih baik apabila seseorang membuat kesalahan, namun dengan begitu ia justru belajar dari kekeliruannya dan tidak lagi membuat kesalahan yang sama di masa depan; daripada ia tidak membuat kesalahan karena sebetulnya dia tidak tahu apa yang dia kerjakan--lantas ia menebak--dan, "kebetulan" saja benar.

Orang yang pertama akan lebih mengingat pelajaran tersebut, sementara orang kedua tidak mengingat apapun--meskipun keduanya sama-sama bertambah pengetahuannya.

(pemikiran yang muncul saat aku sedang membaca soal-soal bahasa Inggris untuk murid lesku, lalu aku berpikir "Dia pasti bisa ngerjain yang ini" atau "Dia nggak akan salah bikin soal yang ini". Sejenak aku sadar, kenapa aku mengharapkan dia tidak membuat kesalahan? Kenapa aku berharap dia sempurna dalam hal ini? Seumpama hasilnya sempurna, tentu aku bangga. Namun bila dia membuat kesalahan pun, aku tetap harus bangga. Namanya juga belajar, artinya kan dia belum bisa.)

Aku sudah pernah menggenggam begitu banyak hal di tanganku, dan telah kehilangan semuanya; namun setiap hal yang kutaruh di genggaman tangan Tuhan, tetap kumiliki.

Haruskah aku bersyukur saat aku dimarahi orang karena aku berbuat salah ?

Aku telah mengecewakan dia. Mungkin dia telah repot akibat kekeliruan yang kubuat. Dan yang pasti, dia akan marah; entah durasinya singkat atau lama; entah sekarang atau nanti.

Tapi mengapa aku (seolah-olah) tidak berdaya untuk memarahi dia balik?
Kenapa aku seperti orang lemah yang bersedia saja menampung caci-maki dan keluh kesahnya?
Aku kan manusia juga! Sama kayak kamu!
Kamu juga toh banyak salahnya kepadaku, tapi..
tapi..

Ahh, males juga marah-marah sama kamu. Ngabisin tenaga aku.

Oh ya, pertanyaanku di awal belum terjawab; haruskah aku bersyukur saat aku dimarahi?

Entahlah.
Kalau aku memang di pihak yang salah, wajar kalau aku menerima konsekuensi yang engga enak. Karena dengan begitu, aku (diharapkan) kapok dengan tindakan tersebut dan mau belajar dari kesalahan. Tapi kan ngga semua orang melunak saat dihajar. Ada juga yang malah makin keras seperti batu, alias tambah ngga nyadar bahwa dia telah salah dan merugikan.

Yaah, ini kembali ke pilihanku (dan pilihan kita) masing-masing, sobat!
Mau belajar dari kesalahan dan menjadi bijak karenanya, atau malah memberontak dan sulit menerima kenyataan bahwa kita (semua) memang punya kesalahan??

Kebanyakan orang kecewa dengan kehidupan ini karena mereka menyamakan hidup ini dengan film-film.
Film telah menjejalkan konsep-konsep muslihat seperti kesuksesan instan; yang baik selalu menang dan yang jahat selalu terpuruk; kebahagiaan bisa diraih dengan simpel .. itu semua tidak realistis!!

Bangunlah! Selamat datang di dunia nyata! Alamilah penolakan, jatuh dan tertelungkup berulang kali, serta kesepian. Engga enak? Memang!
Itu bagus, supaya kita tidak mencintai apa yang berasal dari dunia ini, namun merindukan kehidupan lain yang lebih indah, yang disebut-sebut orang: SURGA.