Sungkan
7:44:00 pm
Sungkan.
Katanya itu
budaya yang dianut orang-orang Jawa pada umumnya. Seringkali orang Jawa dipuji
karena memiliki naluri untuk selalu “sungkan-an”.
Menurut gw level
sungkan-nya orang Jawa pada khususnya dan orang Indonesia pada umumnya, suka
kelewatan. Masa penjual mie ayam di deket kosan gw bilang, bahwa dia hampir
bangkrut karena banyak yang ngutang dan ngga bayar.
“Lah, kenapa
utangnya mereka ngga Bapak tagih?” tanya gw kepada bapak penjual mie yang
terzolimi itu.
“Sungkan, Neng...,”
jawabnya sambil menundukkan kepala, mungkin dia merasa lagi ada di ruang
pengadilan dan dirinya lagi ditanya sama Jaksa Agung kali ya?
Cerita kedua juga
beneran terjadi. Ini kisah Maya, tapi bukan yang anggota Duo Ratu. Maya itu
orangnya sabar, kalemnya udah melebihi puteri Solo. Orangnya jarang ngomong dan
lebih suka jadi pendengar. Yang pasti bukan pendengar radio, melainkan
pendengar curhatan orang-orang yang mempunyai pergumulan dalam bidang
finansial, percintaan, dan karir. “Kalau mau curhat 24 jam mah, dateng aja ke Maya,”
begitu semboyan yang sudah dikenal oleh warga kompleks Taman Asri Kenanga.
Alhasil, rumah
Maya itu ngga pernah sepi dari tamu. Kadang Maya baru aja pulang kuliah, eh
udah ada 2 bocah nangkring di teras rumahnya yang rupanya hendak curhat seputar
layang-layang mereka yang putus dan nyangsang di rumah Pak Kumis yang angker.
Hehehe, engga deng. Curhatannya lebih bonafide dari itu, dong.
Suatu hari gw
denger kabar bahwa Maya kena tipus dan dilarikan ke rumah sakit. Ternyata doi
kurang istirahat; seringkali dia baru bisa tidur jam 2 subuh padahal jam 5
paginya dia mesti bangun untuk mengerjakan kewajiban sebagai seorang anak gadis
yang solehah. Gara-gara kurang tidur dan makan tak teratur, tubuh Maya kini
tersungkur.
Tuh kan, sungkan
nagih utang berujung kebangkrutan. Sungkan nolak curhatan, berujung penyakitan.
Kenapa sih
sungkan mesti dipiara? Kenapa kita mesti “memaksa” diri kita untuk bilang YA
padahal dalam hati kita pengennya bilang TIDAK? Kenapa kita mesti merasa malu
untuk MENOLAK dan selalu MENERIMA, meskipun ujung-ujungnya kita tahu ada
konsekuensi ngga enak yang mesti kita tanggung?
Menurut gw, jauh lebih baik kalau kita jujur natural apa adanya. Kita bukan robot yang bisa diforsir mengerjakan ini-itu tanpa merasa sakit (hei, bahkan robot aja bisa karatan kalau kurang oli dan konslet kalau ngga pernah dicabut dari colokan!). Kita tuh manusia yang kalau ditonjok pasti teriak, yang kalau dicubit pasti nangis. Ngapain sih kita mesti sungkan-an untuk sesuatu yang jelas-jelas perlu dilakukan?
Mendengarkan curhatan orang itu emang baik dan merupakan bagian kita untuk membantu orang lain, namun MEMBATASI-nya juga amat perlu untuk dilakukan. Jangan sampai overload. Lift overload aja ada alarm-nya yang bunyi “beep beep”, masa’ teriakan badan kamu yang meronta-ronta ngga bisa kamu denger?
1 komentar
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyDeleteJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)