The One Who Won My Heart
1:09:00 pm
Hmm, pernahkah
kamu bangun pagi (berusaha membuka mata walaupun masih belekan) dan begitu
semangat ingin memulai hari? Pernahkah kamu merasa begitu santai saat
mengerjakan tugas terberat sekalipun? Pernahkah kamu tetap bisa tersenyum lebar
meski perut keroncongan karena duit di dompet tinggal selembar kertas bergambar
Pangeran Antasari?
Hmm, kalau kamu
menjawab “ya” terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, biar aku tebak: pasti
kamu punya seseorang yang berarti dalam hidupmu kan? Ya..seseorang yang menjadi
alasan untuk kamu hidup. Orang itu tidak mesti dekat denganmu, tapi dirinya
yang pasti telah menjadi pemicu kamu untuk selalu semangat menjalani hidup ini
dan membuat semua masalah seakan sirna setiap kali kamu mengingatnya. Orang itu
pasti telah melakukan sesuatu dalam dirimu, yang tidak bisa atau tidak pernah
dilakukan orang-orang lainnya. Orang itu bukan hanya menginspirasi, tapi juga
menempati sebuah ruang spesial dalam hatimu. Benar begitu?
Jika kamu
memiliki orang semacam itu di dalam hidupmu, aku ucapkan SELAMAT! Karena itu
berarti kamu bukan termasuk orang egois yang sibuk mengurus dirinya sendiri
tanpa sempat menengok sekeliling. Kamu juga bukan orang narsis yang menganggap
dirinyalah yang terpopuler, terkece, dan terfantastis. Bagimu, ada seseorang di
luar sana yang sungguh layak dikagumi dan dicintai, melebihi kamu mengagumi dan
mencintai dirimu sendiri.
Mungkin
kepintaran orang itu telah menyihirmu. Mungkin keluguan dialah yang membuatmu
terkesima. Mungkin juga kemisteriusan dia yang telah membuatmu terpana. Apapun
alasannya, dialah alasanmu untuk hidup.
Dengan sukarela,
kamu bersedia menyukai apa yang dia sukai, menerima semua kekurangan dia, dan
bahkan kamu bisa begitu memperhatikan detil-detil tak penting yang dia pernah
katakan atau lakukan. Langit di malam hari seakan punya bintang 1.000 kali
lipat lebih banyak setiap kali kamu melihat mukanya, melalui foto sekalipun.
Dan angin sejuk seakan berhembus menenangkan jiwamu setiap kali kamu menerima
SMS darinya (eh masih jaman ya SMS-an? Whatsapp atau BBM-an kaleeee).
Hmm, bagian
terkocak dari semua ini adalah....kemungkinan besar orang tersebut tidak sadar
betapa berartinya dia bagimu. Yaa, bagaimana dia bisa tahu kalau kamu engga
pernah mengatakannya padanya? Tapi alasan utamanya kamu tidak mengungkapkan
perasaan itu padanya—bukan karena kamu malu—melainkan karena kamu takut
ditolak. Ya iyalah, ditolak oleh orang yang sangat kamu kagumi itu rasanya
bagaikan ketimpa barbel 2 ton ditambah taburan cabe rawit dan siraman kuah
bakso. SAKIT!
Diam-diam kamu
mengagumi dia. Dari jauh kamu selalu memujanya. Tapi dia tak pernah tahu. Yah,
syukur-syukur kalau dia sadar sendiri. Tapi bagimu, lebih aman kalau kamu
menyimpan perasaan itu sendirian.
Lalu suatu hari
kamu mulai berangan-angan, bagaimana kalau dia tiba-tiba berubah? Bukankah
manusia itu kelakukannya engga bisa diprediksi—engga kayak cuaca yang bisa
diperkirakan oleh BMKG?? Bagaimana kalau suatu hari kamu diperlakukan buruk
oleh si dia, atau tiba-tiba dia mencampakkanmu begitu saja meskipun waktu kecil
kamu sudah pernah ikutan imunisasi campak dan DBD? Maksudnya, bagaimana kalau
suatu hari kamu dia berubah dan tidak lagi “berkualifikasi” untuk menjadi
alasan bagimu untuk semangat menjalani hari?
Hmm, aku punya
orang seperti itu, orang yang saat ini sangat penting di dalam hidupku dan dia
mengubah begitu banyak cara pandangku. Dia tidak mengerti betapa berartinya dia
dalam pikiranku, jiwaku, dan alam bawah sadarku! Bahkan kalaupun aku
menunjukkan tulisan ini kepadanya, dia tidak akan paham! Dia tidak perlu paham
mengapa dia begitu berarti dalam hidupku, tetapi aku berharap dia tidak berubah
sampai nanti (setidaknya sampai aku atau dia mati). Aku tak tahu apakah harapan
ini terlalu muluk-muluk atau aku memang sudah dibuat bodoh karena terlalu
mengagumi orang itu, aku tak mengerti! Tapi aku merasa dalam beberapa hal IQ-ku
lumayan meningkat semenjak aku mengenal dirinya, dan semakin aku mengetahui
fakta tentang dia maka aku semakin mengaguminya.
Dulu aku pernah
membuat semboyan seperti ini: “Aku harus mencintai apa yang menjadi milikku,
dan apapun yang kucintai harus kuperjuangkan supaya jadi milikku.” Sekarang aku
bingung, apakah si manusia tersebut harus aku perjuangkan supaya menjadi
milikku. Mungkin kalian yang membacanya juga sedang bingung apa maksudnya tulisanku
ini. Sudahlah, mungkin kita semua lelah.
Intinya, aku
berterimakasih karena Tuhan telah menciptakan orang itu, karena Tuhan telah
meletakkan dia di suatu “tempat” sehingga akhirnya aku mengenal dia, dan karena
Tuhan telah mengijinkan aku punya seseorang yang mengisi ruang-ruang kosong
dalam hatiku (tentu saja tempat Tuhan tidak tergantikan oleh si manusia ini).
0 komentar