Beberapa orang
percaya bahwa ia tidak pernah mungkin memperoleh sesuatu yang baik, dan itulah
yang kemudian terjadi dalam hidupnya.
Beberapa orang
percaya bahwa jika segala sesuatu berjalan terlalu
lancar dan terlalu indah, maka
pasti ada perkara buruk yang akan segera ia hadapi di balik itu semua. Dan
keyakinannya—entah bagaimana caranya—selalu menjadi kenyataan.
Beberapa orang
percaya bahwa mereka akan selalu dicurangi, ditipu, dan dirugikan oleh
sesamanya. Dan sesuai dengan apa yang dia imajinasikan, itu pulalah yang dia
alami.
Mengerikan, bukan?
Pikiran kita
adalah aset kita.
Tetapi pada saat
yang bersamaan, di dalam pikiran pulalah terdapat medan perang terberat, tersibuk, dan terlama. Seumur hidupmu
kamu akan menggelar peperangan di
pikiranmu.
Mungkin inilah
alasannya, mengapa Kitab Suci selalu memaksa
kita untuk percaya bahwa: yang baik
selalu tersedia, dan meskipun kita tidak layak untuk menerimanya, Tuhan-lah
yang akan melayakkan kita.
Pada akhirnya, apabila
hal baik dan indah benar-benar terjadi, kita akan segera menyadari bahwa itu bukan
karena kehebatan kita, atau jerih lelah kita. Melainkan, sebuah pemberian
cuma-cuma yang layak dirayakan.
Sebut saja itu:
anugerah.