Ia Tidak Menahan Kebaikan

4:15:00 pm

Photo by Raychan on Unsplash

"Aku tahu betul bahwa melakukan hal yang benar untuk orang lain kadang-kadang berarti melakukan sesuatu yang terasa salah untukmu." - Jodi Picoult, dalam novel Handle with Care

Kisahnya bermula ketika seorang polisi sedang patroli di malam minggu. Tahu-tahu ada pengemudi mobil yang ngebut di luar batas maksimum. Yah, tahu sendiri. Ini di Amerika, bung! 

Si polisi, yang diketahui bernama Sean, dengan santun memberikan peringatan dan meminta pengendara tersebut membuka jendela. Eee do do ee.. ternyata itu pastornya sendiri. Dengan jelas sekali Sean dapat mencium bau alkohol ketika bapak pastor mendongakkan kepalanya.

Sudah hampir pasti si pastor harus ditilang, sebab ia melanggar hukum. Tapi jika itu terjadi, besok adalah hari Minggu, dan ia tak punya kendaraan untuk dipakai menuju ke gereja. Padahal sang pastor mesti membawa firman pagi-pagi benar. 

Di sisi lain, tak ada polisi lain di situ. Sean bisa saja membebaskan si pastor. Sederhana prosedurnya, Sean hanya akan memastikan kadar alkohol si pastor turun setelah beberapa menit, kemudian mengizinkan ia pulang. Tidak ada penahanan, tidak ada pendeta yang akan dikecewakan. Semua senang, semua tenang. 

Tapi rupanya si pastor lihai membaca pikiran sang polisi yang galau.

"Tilang aku," ujar pastor.

"Aku tahu betul bahwa melakukan hal yang benar untuk orang lain kadang-kadang berarti melakukan sesuatu yang terasa salah untukmu," sambungnya dengan santai.

Dan demikianlah akhirnya sang pastor menerima hukuman yang layak untuknya, dan polisi Sean melakukan hal yang benar sesuai aturan ...

...meskipun ia merasa tidak nyaman bertindak seperti itu pada pastor yang dikasihinya. 

===

Aku bertanya-tanya apakah Tuhan merasa tidak enak ketika melakukan hal yang mesti Ia lakukan, tapi tidak mengenakkan untukku?

Yah, seseorang mesti meninggal dan ia akan masuk ke daftar penghuni surga baru. Tuhan dan segenap tentara malaikat-Nya dengan sukacita sedang menggelar syukuran untuk menyambut kedatangannya di teras surga. Tapi apakah ia memikirkan perasaan keluarganya di bumi yang ia tinggalkan? 

Oh ya, tentu saja buat Tuhan sangat mudah mengabulkan wishlist dalam doaku. Jauh lebih mudah daripada Thanos menjentikkan jarinya dan melenyapkan penduduk bumi.

Dan aku sudah menangis (karena tidak kunjung mendapatkan yang kuminta), lalu tertawa (karena aku pikir Tuhan mengajariku untuk sabar sebentar lagi), kemudian menangis lagi (karena kesabaran yang kemarin sudah habis batasnya).

Lalu apakah Tuhan tergerak menjawab doaku setelah semua roller-coaster emosi yang kuhadapi?

Tidak.

Dia tetap duduk diam dalam tahta-Nya, mungkin sedang melongok ke bawah sambil pura-pura bertanya, "Hai Yenny, apakah kamu baik-baik saja?"

Dan tentunya, jika pertanyaan itu benar-benar Dia ajukan, maka aku dengan siap akan melakukan perlawanan. Aku mungkin salah berdoa kepada Tuhan yang ini. Mungkin aku perlu cari tuhan lain, yang pendengarannya tidak tuli.

===

Bagaimanapun juga aku bersyukur Ia bukan Tuhan yang pura-pura tidak tahu dan bersyukur tidak pernah ingin berpaling (kepada tuhan yang lain).

Mungkin ini suatu pesan yang diukirkan Roh Kudus di hatiku, atau sebuah suara yang senantiasa berbisik di telingaku. Apapun itu, sama saja. Pesan ini selalu sama dan kian lama kian menguatkan:

Aku percaya Tuhan tidak akan menahan-nahan kebaikan bagiku jika aku berhak menerimanya. Kecuali, jika Ia melihat bahwa baik bagiku untuk menunggu.

Suara yang lain juga memantapkan aku, membuatku sadar bahwa ketika Tuhan tidak segera memberikan apa yang kita minta, Tuhan tidak dengan semena-mena melakukannya. Ia bersedih sebagaimana kita bersedih dalam penantian. Ia bisa terluka ketika kita berpikir Tuhan telah melupakan kita.

Meski itu tidak nyaman untuk-Nya, tetap saja Ia berbuat demikian.

Kalau bukan karena kasih-Nya yang melebihi akal pengetahuan manusia, karena apa lagi?



You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest