Insight: Cashflow Quadrant oleh Robert T Kiyosaki

6:11:00 pm


Akhir bulan gini, dengan kondisi (seperempat) THR masih nangkring di rekening, paling cocok emang ngebahas duit.

Maksud gw, ngebahas gimana mengelola duit dan menahan keinginan mata.

Beberapa minggu lalu gw baca buku Cashflow Quadrant (CQ), dari si penulis feymes Robert T Kiyosaki. Pernah denger dong, karya supersensasional-nya Rich Dad, Poor Dad (RDPD)? Nah buku CQ ini tuh semacam sekuel atau pendalaman lebih lanjut dari RDPD. Sedikit bocoran aja nih. Kesemua buku Kiyosaki berlandaskan teori dalam kuadran cashflow yang dia buat seperti di bawah ini.



Kali ini, gw nggak mau spoiler. Tapi yang jelas udah 3 buku Kiyosaki yang gw baca dan nggak ada satupun dari antaranya yang mengecewakan. Gw bersyukur banget sih bisa kerja di sebuah perusahaan finansial di Bandung, di mana gw (mau nggak mau) mesti ngerti-ngerti dikit soal investasi dan trading. Dua dari 3 buku Kiyosaki yang tadi gw sebutin tuh, gw pinjem dari "perpustakan mini" di kantor. 

And you know what, gw kayak merasa dirugikan karena selama duduk di bangku sekolah dan kuliah, pelajaran soal manajemen keuangan tuh hampir nggak ada. Kita cuma dipersiapkan buat kerja setelah lulus. Kerja untuk dapet duit, ya kan? Dan sialnya kita kekurangan bekal mengenai gimana menghabiskan duit tersebut. Menghabiskan itu konteksnya nggak selalu jelek, sih. Dengan kita memberi uang kepada sesama yang membutuhkan, misalnya, itu juga termasuk menghabiskan. Lantas gimana dengan berinvestasi? Ya, menurut gw itu termasuk aktivitas menghabiskan uang juga. Lo mesti merelakan uang yang harusnya lo pegang sekarang, untuk "dibakar" sejenak sebelum ia reinkarnasi menjadi uang yang jauh lebih banyak. Seru-seru-sedap, lah.



Okay, jadi inilah beberapa insight yang gw dapet setelah beres baca Cashflow Quadrant. 

  1. Menjadi - melakukan - memperoleh. Urutannya seperti itu. Ada orang yang melakukan (seperti yang orang lain lakukan) tapi ia tidak memperoleh yang sama, sebab ia belum MENJADI orang itu. Melakukan terus-menerus tidak membuat kita menjadi pribadi tsb! Falsafah ini berlaku untuk semua hal.
  2. Orang yang tidak mampu sering menyalahkan orang lain. Luka emosional dari kekecewaan kita mungkin begitu besar hingga kita ingin mengalihkan rasa sakitnya dengan menyalahkan orang lain.
  3. Mereka yang terbiasa ingin dapet barang sekarang (dengan cara berhutang pakai kartu kredit), kelak akan memohon-mohon untuk mendapat uang secara sekarang juga (untuk melunasi hutang atau belanja lain). Mereka tidak percaya pada konsep "saya rela berkorban hari ini dan menunda hasil."
  4. Terbiasa kalah, nantinya gampang menang. Terbiasa menang, nantinya gampang kalah. (Ingat pengalaman di bangku sekolah vs. realita di luar sekolah)
  5. Kalah hanya membuat kita semakin pandai.
  6. Banyak orang kaya bangkrut sebelum mereka menjadi kaya. Itu adalah bagian dari permainan. Jadi tenang saja.
  7. Berhasil di finansial perlu kecerdasan emosional. Tapi, lebih banyak emosional-nya daripada teknis-nya! 
  8. Jangan malu mengakui bahwa kamu rugi. Terutama untuk kamu hai kaum perfeksionis... (tunjuk muka sendiri).
  9. Rumah kita bukan Aset. Sesuatu disebut Aset jika ia mampu memberikan aliran dana masuk ke kantong kita. Rumah merupakan Liabilitas sebab membuat kita mengeluarkan dana untuk biaya perawatannya. Bedakan dengan cermat, mana yang Aset dan mana Liabilitas!
  10. Zaman dahulu, sebelum ilmu pengetahuan menciptakan mikroskop dan orang bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat mata mereka--yaitu bakteri--orang saling menyalahkan satu sama lain atas penyakit yang mereka derita. Mereka membakar tukang sihir di tiang untuk menyelesaikan masalah mereka, sebab mereka memerlukan seseorang yang bisa disalahkan atas bencana yang menimpa mereka. Hari ini, siapakah yang kamu salahkan atas masalah yang kamu derita?
  11. Salah satu kunci hidup bahagia dan berhasil adalah mampu bersikap fleksibel menanggapi perubahan apapun yang terjadi--bisa bereaksi dan menghasilkan sesuatu yang baik. 
  12. Rejeki sudah ada yang ngatur; yang ngatur adalah diri kita sendiri. Bagaimana kita berpikir, berperilaku, dan berusaha. Dan beriman.
Nah, nomor berapa yang paling menarik untukmu?



Photo credit: by Emile Guillemot on Unsplash

You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest