Kamis Kembali Menulis

6:20:00 pm

Selamat hari Kamis!

Lama banget nggak nulis.

Padahal sudah beranak-pinak gagasan di benak ini.

Tapi, yah..

Seringnya, kata-kata itu tidak tertransfer ke ujung jari.

Hanya mendekam dalam kepala, terbawa tidur, lalu tertimpa dengan memori lainnya.

Kali ini, suasana hati sedang bagus untuk menulis.

Lagipula, jari ini masih mau diajak dansa-dansi.

===

Semenjak bisa akses ke Spotify premium, aku punya cakrawala baru.

Aku percaya orang akan mudah bertoleransi dengan keragaman, kalau dia terbiasa mendengarkan musik dari berbagai genre.

Bahkan, genre yang tadinya ia benci.

===

Menemukan banyak lagu baru, bikin aku berkhayal.

Misalnya, Sunset Song - Hidetake Takayama rencananya akan kudengarkan di tepi pantai (mungkin Jimbaran?) saat matahari terbenam.

Klise sih--momennya persis sama dengan judulnya.

Tapi, memang ada suatu komponen di track ini yang membuatmu ingin duduk manis menghadap cakrawala sore...

... menjadi saksi ketika matahari dipaksa terperosok oleh kegelapan.

Ia mesti bersembunyi untuk sementara, karena Sang Malam cemburu dengan Si Siang yang telah berkelana 12 jam lamanya.

Tapi malam adalah panggung yang megah buat para bintang.

Malam adalah catwalk-nya bulan.

Jadi jangan macam-macam dengan malam.

===

Sampai di sini aku sudah tidak tahu harus menulis apa.

Sesungguhnya ingin kubagikan cerita tentang astronot Rusia yang baru kembali dari petualangan luar angkasanya, dimana ia menangis bagaikan bayi ketika mendarat di bumi.

Bayangkan ia tersedu-sedu begitu...

... hanya karena ia menginjak kaki di tanah gersang di planet ini.
... hanya karena ia sudah lama melayang-layang tanpa gravitasi.
... hanya karena ia sempat lupa rasanya oksigen.

Kalian liat aja ekspresi mellow-nya di video ini.

Aku sih ingin tertawa ngakak saat nonton.

===

Belum selesai jariku menari.

Saat ini buku yang sedang kubaca adalah Handle with Care - Jodi Picoult.

Aku cukup terhibur dengan versi terjemahannya.

Cara para tokohnya berbicara memanglah kurang patut untuk ditiru warganegara +62 yang menjunjung tinggi adab. Katanya.

Orang Barat itu jujurnya tiada dua.

Bicaranya terdengar kasar, sombong, dan bikin keki.

Tapi itulah budaya yang bikin mereka lestari.

===

Jariku berkata, dia masih sanggup beratraksi.

Tapi tiba-tiba aku teringat dengan sepeda yang harusnya kukendarai.

Ya, malam ini aku akan berkeliling bandara itu lagi.

Sepeda lipat andalan, ditambah dendangan tembang di earphone, dan voila.. aku siap menempuh 5 - 7 kilometer.

Mohon doa restu supaya lemak jahanam di perut ini segera terbakar.

Photo by Javier Allegue Barros on Unsplash

You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest