WONDERWOMAN COMPLEX

8:39:00 pm

Seperti yang pernah aku bahas dalam tulisan bertajuk PRIVILEGE X BURDEN: cerita-cerita orang sering membuatku tertinggal dengan perasaan tak enak. 

Jelas dia membutuhkan bantuan, apakah aku tadi mengucapkan kata-kata yang meringankan bebannya?

Aku tadi hanya mendengar dan tidak memberikan solusi, apakah dia bisa melewati hari-hari berikutnya dengan lebih baik?

Yenny, oh kamu bodoh sekali Nak. Kamu harusnya berusaha lebih keras menyelesaikan masalah kawanmu itu. Karena kamu tahu! Kamu sudah dengar sendiri keluhannya! Itu tanggung jawabmu!

..... 

Sebentuk perasaan yang sangat nyata. Bahkan saat mengetik kalimat-kalimat di atas pun ada rasa nyeri di dada, aku menahan tangis dengan cara memutar musik kencang. Seringnya aku hanya tertinggal dengan informasi tapi tidak ada aksi, aku benar-benar ragu bagaimana harus menyelamatkan mereka yang sudah bercerita padaku. Aku seperti orang yang mengendarai mobil di pertigaan, namun aku tak tahu lampu sen kanan atau kiri yang harus kuhidupkan. Pengendara lain di belakangku telah mengklakson tanpa henti, mengucapkan sumpah serapah karena aku telah menghalangi. Tidak ada jalan pasti yang mau kupilih: ke kanan aku tak yakin, ke kiri aku tak ingin. 

Aku pernah dengar soal superman complex. Itu terjadi ketika orang berusaha menjadi juruselamat bagi orang lain. Aku mungkin sudah terjebak dengan sindrom serupa. Tapi karena aku wanita tentu aku bukanlah superman. Aku (berusaha menjadi) wonderwoman. Kesalahan sedikit menimbulkan sesal yang menyiksa. Aku merasa orang-orang itu tidak boleh menderita. Aku pernah membaca kisah seseorang yang hidup dengan skizofrenia. Hidupnya penuh air mata dan terapi yang membuatnya gila. Secara ekstrim aku berpikir: dia harus bahagia, entah dengan cara sembuh kembali atau dengan cara meniadakan eksistensinya di dunia penuh penderitaan ini.... 

Yang seringkali aku lupakan adalah, orang-orang memiliki prosesnya sendiri. Anakku pun akan kubiarkan jatuh beberapa kali, kalau hal itu dapat membuat dia mahir bersepeda di kemudian hari. Tapi aku memang begitu pengecut dan lemah, takut jika orang lain kecewa karena tidak menemukan pertolongan dariku. Aku memang egois berbalut jiwa pahlawan yang dibuat-buat. Tapi sungguh, jika ada hal yang sebenarnya bisa kulakukan tapi tidak kulakukan, betapa berdosanya aku kepada langit dan bumi. 

Ini tidak bisa dibiarkan. Suara-suara penuh tuduhan dan penghakiman itu harus ditumpas. Aku bukan wonderwoman dan tidak perlu mencoba-coba untuk menyelamatkan seisi dunia. Tapi aku tidak mau mengetahui ada penderitaan lagi di circle terdekatku. Sungguh naif dan dilematis.

Photo by Wolfgang Hasselmann on Unsplash


You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest