EMPATDUA MINUS SEBELAS

5:30:00 pm

Aku berharap agar semua semakin baik. Seperti roda yang kadang di atas & kadang di bawah, yang terpenting adalah rodanya bergerak maju. Bukan mundur, bukan tikusruk.

Kenapa harus berharap? Bukankah dengan bertambahnya usia sudah pasti makin dewasa? Tidak. Sama sekali tidak ada jaminan.

Aku bisa berusia 31 tapi mengulangi kebodohan yang kulakukan saatku 24. Insecurity dari usia 15 bisa jadi masih bersemayam. Kenaifan di usia 27 mungkin belum terkikis. 

Kita bisa tua tapi tak juga berubah. Usia itu bertumbuh linear, tapi kedewasan tidak. Rumit, kadang hanya muter-muter di tempat.

Jika aku tidak sabaran, maka Tuhan akan mendekatkanku dengan orang-orang yang merampas kesabaranku sampai limitnya habis. Aku bisa menolak berubah, bahkan melarikan diri dari proses ini. Aku bisa memilih pindah tempat, tapi bahkan di tempat barupun aku akan menemukan orang-orang serupa. Tidak ada diskon untuk perbaikan karakter. Stop mencari jalan pintas, bisa-bisa kita malah berakhir dalam labirin... hanya karena kekerasan kepala kita. 

Aku pikir kesehatan itu penting. Jika kita sehat maka lebih mudah bagi kita menyerap pelajaran hidup yang sedang disuapkan pada kita. Sehat tubuh dan sehat mental, keduanya sama pentingnya. 

Untuk generasiku yang "menua" di tengah pandemi, kita sudah melewati 2020 dengan mahaberat segala ujiannya. Tahun ini mungkin akan lebih membingungkan, tapi menurutku berlari pada Tuhan adalah benteng perlindungan terbaik. Kautahu apa itu benteng? Ketika ada serangan rudal di udara, kita bisa berdiam di dalamnya dan menemukan ketenangan. Rudalnya masih berseliweran, tapi itu tidak lagi relevan. Kita bisa tidur nyenyak atau makan sampai kenyang. Aku bilang begini bukan karena relijius. Hanya ber-Tuhan saja.

Photo by Federica Campanaro on Unsplash

You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest