PEMBELI PAYAH!

10:52:00 pm


Aku adalah pembeli yang payah. Aku membeli karena barang-barang di marketplace tampak menarik. Nyatanya tidak ada di antara semua itu yang kubutuhkan. Aku hanya bosan, dan berbelanja jadi pemuas jalur instan. 

Aku bersemangat dengan tibanya paket dari kurir. Secepat aku excited, secepat itu pula aku menjadi bosan lagi. Barang-barangnya bagus memang, bahkan ada yang lebih baik dari foto katalognya. Tapi... Seperti yang sudah kusebut: aku sebenarnya tidak membutuhkannya. 

Dalam buku bagus berjudul LAGOM: Not Too Little Not Too Much tertulis, "Saat berhubungan dengan situasi seperti makan dan berbelanja, kebutuhan kita kerap jauh lebih sedikit daripada keinginan. Sementara saat berurusan dengan perasaan dan emosi, kebutuhan kita mungkin jauh melebihi keinginan." 

Saat aku merasa ingin marah, sebetulnya di balik amarah itu banyak kebutuhan yang tidak terpenuhi: kecewa, sedih, takut, dan bingung. Keempatnya berembuk dan membuat emosiku remuk, tapi ekspresi yang keluar dikerucutkan menjadi satu, yakni marah.

Ketika aku merindukan liburan, sebenarnya yang kubutuhkan adalah: kebebasan, ketenangan batin, rekonsiliasi dengan diri sendiri, dan jeda. Dan saat aku terus-menerus ingin belanja, sepertinya ada kebutuhan emosi yang terpendam di baliknya: aku sedang tak bahagia, kesepian, ingin perhatian.

Benar, bukan? Kebutuhan fisik kita begitu sedikit tapi kita terus checkout di shopee dan menimbun benda-benda. Di lain pihak, kebutuhan emosi kita sangat banyak tapi kita hanya memenuhi 10 persennya saja barangkali. Bukan masalah. Mungkin kita yang tidak pandai membaca perasaan. Mungkin kita belum punya akses pada si penerjemah sanubari.


----

Photo by Daniel von Appen on Unsplash

You Might Also Like

0 komentar

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest