Seni Memahami Diri Sendiri: Kasih Sejati

5:41:00 pm

Paragraf-pargraf berikut ini diambil dari bab terakhir “Seni Memahami Diri Sendiri” oleh Cecil G. Osborne. Kenapa bab terakhir aja? Bab depan-depannya kemana? Beli donk bukunya! Modal dikit. Hehehehehe.

Kasih sayang yang didasarkan pada ‘jika’ atau ‘tetapi’ bukanlah kasih sayang. Allah semesta alam ini mengasihi saya dan kasih itu tidak didasarkan pada apapun yang telah saya lakukan. Saya tidak perlu membayarnya.

Perlu diperhatikan bahwa bukan berarti Allah mentoleransi dosa. Sebagai contoh: apabila seseorang bersikap sombong, Allah tetap mengasihi dia, tetapi Allah tidak akan memakai orang itu dalam pekerjaan-Nya.

Kasih merupakan kekuatan yang sangat besar sehingga dapat menyatukan segala hal. Karena itu kasihilah Yesus, maka segala sesuatu yang dimiliki-Nya akan menjadi bagianmu. –The Cloud of Unknowing

Bukan berarti: jika kita hendak makmur dan kaya, kasihilah Tuhan. Jangan perlakukan Dia sebagai ‘lampu Aladin’ yang baru dicari kalau ada perlunya saja.

Kita tidak dapat mengasihi orang lain atau merasakan kasih yang benar pada diri sendiri kecuali bila kita telah memiliki pengalaman dikasihi. Kita mengembangkan kemampuan untuk mengasihi dengan dikasihi.

Kasih, pada nasihat-nasihat di Perjanjian Baru, adalah sikap yang tersirat dalam istilah bahasa Yunani, Agape: perhatian yang tidak mementingkan diri sendiri tapi mementingkan kesejahteraan orang lain.

Saya dikasihi sebagaimana adanya, atau mungkin lebih tepat, saya dikasihi karena menjadi diri saya. Saya tidak perlu melakukan apapun untuk dikasihi. Kasih Allah tidak bersyarat. Yang harus saya lakukan hanyalah menjadi—menjadi anak-Nya. (dari “The Art of Loving” oleh Erich Fromm, Harper & Row, NY, 1956)

Erich Fromm juga menjelaskan bahwa ujian terakhir dari kasih adalah apakah kita dapat mengasihi “orang asing”, yang mungkin tidak memiliki nilai-nilai atau budaya yang sama dengan kita, karena alasan itu mungkin tidak menyenangkan kita. Mengasihi orang tersebut tidak berarti kita harus menerima nilai-nilai mereka atau menyetujui sifat-sifatnya yang tidak kita sukai.

Kita harus mengajar diri kita agar mengasihi orang lain karena mereka membutuhkan kasih dan bukan karena menarik. Orang-orang yang membutuhkan kita adalah orang-orang yang tidak dikasihi orang lain sama sekali. Mereka kemungkinan besar menjengkelkan, pemarah, dan tidak mempunyai tata krama. –Frank Laubach, Channels of Spiritual Power

Kasih bukanlah sekedar gagasan atau perasaan abstrak yang besar. Ada beberapa orang yang memiliki konsep sangat tinggi mengenai kasih sehingga mereka tidak pernah berhasil mengungkapkan kasih itu dalam kebaikan yang sederhana sekalipun dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memimpikan pengabdian yang penuh kepahlawanan dan pelayanan dengan pengorbanan diri. Tetapi, ketika menunggu kesempatan yang tidak kunjung datang, mereka membuat dirinya sangat tidak disukai oleh orang-orang di sekitarnya dan tidak pernah merasakan kebutuhan sesamanya. Mengasihi berarti memberikan hal yang baik bagi orang lain. Mengasihi bisa berarti menulis secara hati-hati sehingga koresponden kita dapat membaca tanpa menghabiskan waktu untuk menemukan artinya. Dengan kata lain, mengasihi berarti kita menyediakan kesempatan untuk menghemat waktu. Mengasihi mungkin dengan membayar rekening-rekening kita. Mengasihi itu dapat berarti mengatur segala sesuatu sehingga pekerjaan pasangan akan menjadi lebih mudah. Mengasihi berarti tiba di suatu tempat tepat pada waktunya. Mengasihi berarti memberikan perhatian sepenuhnya kepada seseorang yang sedang berbicara dengan Anda… –The Strong and The Weak, oleh Paul Tournier

Kita tidak dapat mengubah orang lain secara langsung, kita hanya dapat mengubah diri kita. Jika kita berubah, orang lain cenderung akan berubah sebagai reaksi terhadap kita. –Cecil G. Osborne

Kita akan selalu menghargai sesama kita sama seperti kita menghargai diri kita. Tentu saja yang dimaksudkan di sini adalah kasih yang dewasa dan tidak mementingkan diri; yaitu mengasihi diri sendiri sebagai manusia yang dikasihi oleh Allah, yang memiliki tujuan, kebutuhan, dan hak.

Tidak masalah walaupun mereka dan saya telah melakukan kesalahan. Kami semua diampuni, dikasihi, dipersatukan, dan berada dalam kasih… Kasih berada pada pusat alam semesta ini. Kasih itu bergetar dalam setiap atom dan molekul. Kasih itu berdetak pada setiap pepohonan. Kasih itu hidup dalam setiap manusia, dalam debu, tanah, dan dalam hati Allah. Allah adalah kasih, sorga adalah kasih, dan kita diciptakan untuk kasih, untuk hidup dalam kasih dengan Allah dan sesama. –Sir Francis Younghusband

Kasih Allah tidak terbatas, karena itu Dia mengampuni tanpa batas. Tidak satupun yang saya lakukan begitu buruk sehingga Dia kurang mengasihi saya. Kasih-Nya adalah tetap dan tidak berubah. Saya tidak dapat menambahkan kasih-Nya kepada saya dengan perbuatan yang baik dan tidak dapat menguranginya dengan kegagalan saya. Karena Dia mengasihi, maka saya dapat meminta dan menerima pengampunan dengan segera. Alkitab menyatakan bahwa, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1Yoh 1:9)

Saya berharap mendapatkan kehidupan kekal bukan karena saya baik, melainkan karena Allah baik. Bukan karena saya telah mampu memberikan kasih yang tidak bersyarat dalam segala situasi, melainkan karena Allah mau melakukannya. Bukan karena saya selalu memberikan pengampunan, melainkan karena Allah telah melakukannya dan mengampuni saya.

…jadi, Alkitab bukanlah sebuah kitab standar moral, yang akan membuat kita menjadi orang-orang “baik” yang layak masuk sorga jika menaatinya. Sebaliknya, Alkitab adalah cerita yang luar biasa mengenai kasih karunia Allah yang tidak mudah dipercaya, pengampunan-Nya yang penuh kasih diberikan tanpa syarat kepada semua orang yang mau menerimanya. Alkitab adalah kabar baik bahwa Allah tidak menghukum kita walaupun kita gagal. Ia tetap mengasihi kita, memberikan Anak-Nya kepada kita, bahkan menerima kita walaupun kita tidak dapat menerima diri sendiri.

 

You Might Also Like

1 komentar

  1. Kalau Alkitab BUKANLAH STANDAR MORAL hidup umat kristiani ..lalu apa?
    Barangkali maksudnya..." jadi Alkitab bukan hanya....... Tapi sebaliknya....

    ReplyDelete

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest