30-Day Blog Challenge: Day 21, A Letter to Someone
7:39:00 amPostingan kali ini merupakan sebuah surat wasiat, eh surat keramat khusus ditujukan pada seseorang. Sejujurnya gw masih bingung kepada siapa surat ini akan diberikan. Tapi karena gw harus menjadi wanita tegas dan ngga boleh lembek, maka gw memutuskan bahwa surat ini ditujukan buat Pak Jokowi. Well, semoga aja gw ngga kena pasal UU ITE abis nulis ginian.
Dear Pak Jokowi,
Udah lama banget
saya ngga denger kabar soal Bapak.
Bukan Pak, saya
bukan mau tau soal proyek tol laut atau pemberantasan pungli—saya mau tau kabar
Bapak. Apakah jam makan Bapak masih teratur? Jangan sampe telat makan ya, Pak.
Pasti sulit untuk
tidur nyenyak ketika Bapak menjadi pemimpin nomor 1 di bangsa yang sedang panas
ini. Panas karena konflik, bencana gempa, dan isu-isu intoleransi. Pak, saya
ngga bisa berbuat apa-apa, tapi saya yakin istri Bapak bakal menyediakan
terapi-terapi tertentu supaya Bapak bisa tidur nyenyak meskipun Bapak selalu
mikir setiap kali merem.
Tapi Pak, rasa cinta
Bapak terhadap bangsa ini tentu lebih besar dibandingkan rasa pegal Bapak kalau
harus kunjungan ke berbagai propinsi. Rakyat-rakyat yang tersenyum dan bilang,
“Makasih Pak Jokowi” setiap kali Bapak blusukan, tentu menjadi obat pelipur
galau yang manjur.
Saya belum pernah
jadi Presiden—jadi ketua RT setempat aja belum—tapi saya yakin bahwa menjadi
pemimpin di negara ini berarti harus bayar harga, berkorban, dan rela
menanggung beban. Ngga mudah berada di posisi Bapak, ketika banyak yang menuntut
ini-itu dari Bapak, sementara Bapak sendiri punya kebutuhan dan keluhan yang
tidak terakomodir. Tapi kalau sampai sejauh ini Bapak tetap bersedia melayani bangsa,
itu semata-mata karena Bapak kuat dan dikuatkan. Ah, lama-lama saya jadi mau
nangis nulisnya.
Jadi begini Pak,
saya tidak akan berlama-lama lagi. Mungkin Bapak sudah kehabisan waktu, dan setelah
ini Bapak mau pergi rapat dengan beberapa menteri. Ya sudah, Pak. Saya hanya
akan menyemangati Bapak dari sini.
Pembenci Bapak
mungkin ada di sekitar Bapak, dengan tingkahnya yang aneh-aneh dan bikin
pusing. Tenang Pak, yang mendoakan Bapak lebih banyak jumlahnya. Yang setiap
pagi bangun dan bersyukur kepada Tuhan bahwa Bapak jadi presiden di negeri ini,
lebih banyak jumlahnya. Yang merasakan hasil kerja nyata Bapak dan mau membela
Bapak dalam keadaan apapun, lebih banyak jumlahnya.
Hanya saja,
mereka ngga banyak koar-koar. Hanya saja, mereka ngga sempet ungkapin rasa
syukur mereka di akun Facebook dan Twitter. Tenang Pak, doa mereka buat Bapak
terbentang di udara—menjadi selimut yang menghangatkan Bapak saat sepi,
sendiri, dan disalahpahami... atau menjadi payung yang akan melindungi Bapak
dari panas terik komentar haters.
Yang sabar dan
kuat ya, Pak.
Bapak terpilih
untuk melakukan hal ini karena Bapak sanggup. Dan meskipun ada kalanya Bapak
sudah terkapar kelelahan, Bapak akan disanggupkan.
Itu pasti.
0 komentar