"Ganyang Cina, Bunuh Cina!"

7:37:00 pm



Buat Anda-Anda yang teriak-teriak, “Ganyang Cina! Bunuh Cina!”

Saya cuma mau bilang...

Saya keturunan Tionghoa, namun saya juga berdarah Indonesia aseli. Saya lebih suka menyebut diri saya ‘Cina blasteran’.

Banyak hal yang tidak saya pahami soal Ke-Tiongkok-Tiongkok-an. Bahasa Mandarin pas-pasan, adat istiadat Cina saya ngga hafal... itu semua karena saya lahir dan besar di Indonesia. Saya lebih doyan terasi dan paham gimana caranya bikin rendang. Bahasa Sunda saya juga lebih casciscus daripada Mandarin.

Saya lebih suka disebut orang Indonesia daripada orang keturunan Cina. Tapi saya menerima kenyataan bahwa saya “ada Cina-nya” ....

sekaligus menerima kenyataan bahwa Cina tidak disukai oleh banyak oknum di negara ini—negara yang dengan bangganya menggembar-gemborkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Saya bukan Cina original, saya hanya Cina blasteran, ya kan?! Tapi di sini saya hendak mewakili sebagian kaum Cina yang sedang bingung dengan umpatan-umpatan kalian.

Mendengar perkataan kalian, bahwa orang-orang Cina harus disingkirkan, diusir kembali ke Tiongkok (padahal Tiongkok bukan tanah air kami, lho!), dan bahwa orang Cina sebaiknya dibunuh agar tidak menguasai rakyat pribumi...

Apa yang kalian katakan itu jahat!

Kalau memang kami tidak memberikan kontribusi apapun bagi bangsa Indonesa, silakan buang kami.

Kalau memang keberadaan kami malah menghasilkan kerugian dan malapetaka bagi NKRI, silakan usir kami.

Kalau memang bangsa Indonesia bakal lebih baik, lebih maju, dan lebih sejahtera tanpa Cina, silakan binasakan Cina.

Tapi kalian mungkin terlalu sibuk mempertontonkan aksi agamawi kalian sampai lupa bahwa kami “si Cina” ini juga punya perasaan.

Maaf, kalau kami orang Cina sudah terlanjur jatuh hati pada Indonesia. Kami lebih sayang bangsa ini ketimbang tanah Tiongkok yang (kata kalian) adalah kampung halaman kami.

Saya tidak tahu kenapa kalian lebih membenci Cina daripada kaum pendatang lainnya. Kalau memang kami salah, tolong tunjukkan apa kesalahan kami. Bukankah ungkapan emosional tanpa penjelasan yang rasional hanya menunjukkan kebodohan semata? Kemarahan kalian harus bisa dideskripsikan dengan runut. Supaya apa? Supaya kami mengerti apa yang kalian kehendaki selama ini.

Saya “si Cina” tidak membenci kalian. Maksudnya, rasa sayang saya pada bangsa yang elok ini melampaui rasa kesal dan bingung saya pada kalian.

Akhir kata, saya cuma ingin mengingatkan: kita tinggal di negara yang semboyannya Bhinneka Tunggal Ika. Kalau kalian lupa apa arti semboyan itu, segera telepon atau WhatsApp guru PPKn kalian di jaman SD dulu.

You Might Also Like

2 komentar

  1. politik selalu sarat kepentingan. untuk mencapai tujuan dari kepentingan tsb, segala cara digunakan meskipun sangat tidak manusiawi. siapa yang ditumbalkan? siapa yang mesti disingkirkan? siapa yang mesti dibunuh? tujuan politik cuma satu hal, yaitu kekuasaan. sara adalah hal yg paling mudah untuk dijadikan kendaraan menuju ke sana, meskipun nyawa sipil yang dipertaruhkan. setiap kejadian/peristiwa apapun, selalu ada "dalang"nya, dan sengaja diciptakan untuk terjadi dengan tujuan menjadi penguasa. namun pada saatnya akan takluk jg oleh seleksi alam itu sendiri. siapa menabur akan menuai. Pancasila harus dipegang teguh. siapapun kita dan dimanapun kita berada, NKRI harga mati! Bubarkan fpi dan ormas radikal tak bermoral!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Suka sekali dengan rangkaian kata-kata yang kamu sampaikan. Siapa yang menabur, dia juga yang akan menuai. Kita lihat bagaimana proses seleksi alam ini akan terus berlanjut. Mungkin politik bersih adalah kemustahilan, tetapi jika dilandasi niat baik tidak ada yang tidak mungkin.

      Delete

CONNECT ON TWITTER

Blog Archive

connect on Pinterest